GridHEALTH.id - Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengacungkan jempol atas program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
WHO menyebut Indonesia berhasil menunjukkan langkah tegas dengan mempercepat dan memaksimalkan program vaksinasi sebagai upaya mengakhiri pandemi Covid-19.
Baca Juga: Belum Optimal dan Masih Jauh dari Target, WHO Acungi Jempol Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
"Untuk negara yang belum bisa memproduksi vaksin sendiri, Indonesia sudah termasuk advance dalam melaksanakan vaksinasi Covid-19."
"Tantangannya menjangkau kelompok-kelompok rentan," ujar Immunization Officer WHO Indonesia dr Olivia Silalahi dalam pernyataannya, Jumat (11/6/2021) malam, dikutip dari Tribunnews.com.
Baca Juga: Minum Teh Bunga Krisan Alias Chrysanthemum, Alternatif Usir Sakit Kepala yang Bisa Dicoba
Akibat hal tersebut, kabarnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tengah bekerjasama dengan WHO untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat global pembuatan vaksin Covid-19 mRNA.
Dalam wawancara yang dikutip dari Reuters pada Kamis (16/9/2021), Menkes Budi berambisi untuk menyaingi Afrika Selatan.
Budi menuturkan, Indonesia akan memulai inisiatif dengan memprioritaskan pembelian vaksin Covid-19 dari perusahaan yang berbagi teknologi dan mendirikan fasilitas di Indonesia.
"Kami bekerja sama dengan WHO untuk menjadi salah satu pusat manufaktur global untuk mRNA," katanya.
Tak hanya itu, Budi menambahkan bahwa dia telah melobi langsung Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam perjalanan awal bulan ini ke Eropa.
"WHO telah menunjuk Afrika Selatan sebagai lokasi pertama, dan saya mengatakan bahwa secara logis Indonesia harus menjadi yang kedua," tegasnya.
Budi mengatakan Indonesia tertarik untuk membangun keahlian dalam vaksin mRNA, serta tembakan vektor virus seperti yang diproduksi oleh AstraZeneca.
Menkes mengatakan, perusahaan farmasi Indonesia sedang berdiskusi dengan produsen dan pengembang vaksin Anhui, Walvax (300142.SZ), Sinovac (SVA.O), Genexine (095700.KQ), Arcturus Therapeutics dan Novavax (NVAX.O).
"Pembicaraan berkisar dari "isi dan selesaikan" dasar hingga produksi hulu dan penelitian dan pengembangan," tuturnya.
"Kami membuka peluang yang sama juga kepada AstraZeneca. Kami juga terbuka untuk rekanan yang sudah ada Pfizer. Kami terbuka untuk siapa saja," tambahnya.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih Bisa Didapat dengan Harga 71 Ribu Rupiah Mulai Juli 2022
Lebih lanjut, Budi mengatakan, Indonesia berada di posisi yang tepat untuk mengekspor vaksin ke seluruh dunia, terutama karena negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Bahkan, ia dapat menjamin bahwa vaksinnya halal, atau diperbolehkan menurut Islam.
Sementara itu, Indonesia tengah mengembangkan vaksin Covid-19 yang dikenal dengan vaksin Merah Putih berbasis inactivated virus.
Kendati demikian, epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menyarankan agar Indonesia mulai melirik untuk pengembangan vaksin berbasis mRNA.
Baca Juga: Efek Somogyi dan Fenomena Fajar Pada Penyandang Diabetes, Apa Bedanya?
"Inactivated virus tidak masalah dengan segala kurang lebihnya, efikasinya tidak akan terlalu jauh dengan dengan Sinovac katakanlah 70% mungkin."
"Tapi enggak masalah itu. Kalau kita bisa kembangkan yang messenger RNA (mRNA). Ya akan sangat lebih bagus, ini perlu dipikirkan," kata Dicky, seperti dikutip dari Kontan.co.id, Rabu (18/8/2021).
Baca Juga: Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan 2, Ada yang Dipicu Infeksi Virus
Terlepas dari itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan lebih lanjut kapan Indonesia akan mengembangkan vaksin Covid-19 mRNA. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Reuters,Tribunnews.com,Kontan.co.id |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar