Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa selain merupakan faktor risiko berkembangnya TBC aktif, pasien TBC dengan diabetes juga lebih rentan mengalami kekambuhan.
Asal tahu saja, angka kematian pada pasien TBC dengan diabetes juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien TBC tanpa diabetes.
Melihat kondisi ini, pada 2014, WHO merekomendasikan untuk melakukan skrining TBC bagi semua pasien diabetes, dan pemeriksaan kadar gula darah bagi penderita TBC.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan dukungan pengobatan bagi kedua penyakit ini.
Menurut studi terbaru, melansir UNAIR News (16/4/2020), diabetes dapat mengganggu aktivasi dan fungsi makrofag, monosit, limfosit, mikroangiopati paru, disfungsi ginjal, dan defisiensi vitamin.
Karenanya pasien dengan kontrol hiperglikemia yang buruk lebih rentan terhadap infeksi TB, jika dibandingkan dengan pasien dengan kontrol hiperglikemia yang baik.
Banyak studi-studi juga telah menunjukkan prevalensi DM dan gangguan toleransi glukosa yang tinggi pada pasien TB.
Diabetes pun dapat meningkatkan risiko terinfeksi Myocbacterium tuberculosis melalui beberapa mekanisme.
Mekanisme-mekanisme tersebut diantaranya adalah yang berhubungan langsung dengan hiperglikema dan insulinopenia seluler, atau mekanisme tidak langsung terhadap fungsi sel pertahanan tubuh (makrofag dan sel limfosit), yang akan berdampak pada penurunan imunitas berupa gangguan respon selular pertahanan tubuh terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis akan menurun.
Komentar