Perusahaan telah meluncurkan penelitian tentang perintis imunoterapi individual untuk pengobatan kanker menggunakan teknologi mRNA-nya, yang merangsang respons kekebalan tubuh sendiri.
“Jadi kami sudah memiliki ilmu dan pengetahuan tentang mekanisme kekebalan dan bagaimana mereka dapat digunakan melawan virus dan dapat memanfaatkannya,” kata Türeci.
“Tekonologi kami, yaitu teknologi mRNA, memungkinkan digunakan sebagai format vaksin, yang berarti memungkinkan (itu) berkomunikasi dengan sistem kekebalan dan mengajarinya cara merespons terhadap musuh baru dengan presisi tinggi,” tambahnya.
Türeci mencatat bahwa teknologi ini sudah matang, karena mereka telah menggunakannya selama uji klinis untuk kanker.
“Kami tahu bagaimana melakukan uji klinis dengannya, bagaimana memperlakukan manusia dengannya, dan bagaimana mengatur proses pembuatannya,” katanya. Perusahaan juga sedang berusaha mengembangkan vaksin untuk Malaria.
Pendiri ahli biokimia dari German BioNTech, yang mengembangkan vaksin melawan Covid-19 dengan teknologi mRNA, juga baru-baru ini memenangkan hadiah penelitian medis paling bergengsi di negara itu.
Hadiah Paul Ehrlich dan Ludwig Darmstaedter akan diberikan kepada pendiri BioNTech, Zlem Türeci dan Uğur Şahin, dan ahli biokimia Katalin Kariko, yang bergabung dengan perusahaan pada 2013.
Baca Juga: Bisakah Virus Corona Menyebar Lewat Uang Kertas dan Koin? Ini Faktanya
Baca Juga: Pneumonia, Penyakit Infeksi Paru-paru Bisa Dicegah, Ini Caranya
Pada bulan Maret, Şahin dan Türeci juga menerima penghargaan tertinggi Jerman, Knight Commander's Cross of Order of Merit untuk pekerjaan mereka pada vaksin. Mereka juga dinobatkan sebagai "People of the Year" oleh Financial Times tahun lalu. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL #healthymoves
Source | : | Reuters,The Daily Sabah |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar