Sebelum dilarikan ke rumah sakita Dakota, disebutkan ia mengalami sakit punggung dan kesulitan buang air kecil.
Ia juga sering muntah, kekakuan, mengalami detak jantung yang cepat dan suhu tinggi lebih dari 39 derajat.
"Dia benar-benar kesulitan bernapas. Dia semakin parah," kata Stephenson.
Dalam beberapa jam Dakota mengalami hipoksia dengan tidak cukupnya udara masuk ke paru-parunya.
Walhasil semua gejala menunjukkan pneumonia di kedua paru-parunya.
Saat itulah dia mengungkapkan kepada ibunya bahwa dia diam-diam memiliki kebiasaan vaping selama tujuh bulan terakhir, hingga tiga kali seminggu.
Dakota mengatakan kepada ABC bahwa dia pertama kali mulai vaping pada awal 2020 sebagai cara untuk mengelola emosinya.
"Mereka menenangkan saya dengan cara tertentu, seperti menenangkan kecemasan saya."
"Warnanya sangat menarik - semuanya," ujarnya.
Baca Juga: Layaknya Perokok, Pengguna Rokok Elektrik 5 Kali Lebih Rentan Terpapar Virus Corona
Source | : | Sciencenews.org,Abc.net.au |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar