GridHEALTH.id - Ancaman kanker di Indonesia semakin meningkat seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat.
Menurut Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia, diperkirakan terjadi peningkatan kejadian kanker di dunia 300 persen pada 2030 mendatang, dan mayoritas terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Mengenai penyakit kanker di Indonesia, pada 2013 saja secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.
Menurut laporan terbaru dari The Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2018, jumlah kasus baru kanker di Indonesia mencapai 348.809 kasus dan jumlah kasus kematian kematian akibat kanker mencapai 207.210 pada 2018.
Angka ini diprediksikan akan semakin meningkat pada tahun 2040, yaitu dengan kasus baru mencapai 580.000 kasus dan kematian akibat kanker mencapai 370.000 kasus.
DI Yogyakarta, melansir Pusdatin Kementrian Kesehatan (22/12/2016) memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1%.
Baca Juga: Penyandang Diabetes Mengalami Komplikasi Kaki Jangan Lakukan 6 Hal Ini, Berbahaya
Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker, Jawa Tengah merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 orang diikuti Jawa Timur dengan estimasi penderita kanker sebanyak 61.230 orang.
Penyakit Kanker pada Perempuan
Kanker tertinggi yang terjadi pada perempuan di Indonesia adalah kanker payudara dan kanker serviks. Sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker kolorektal.
Dari total insiden kasus kanker yang ada di Indonesia, kanker payudara masih menempati urutan teratas, diikuti oleh kanker serviks dan kanker paru-paru.
Nah, bulan Oktober ini adalah bulan peringatan kanker payudara dunia.
Dalam peringatannya selalu menggunakan simbol pita pink. Ini melambangkan sifat feminin atau kewanitaan, yang digunakan sebagai lambang dukungan moral dan solidaritas terhadap para penderita kanker payudara.
Baca Juga: Varian Delta Plus AY.4.2 Sebabkan Penyakit yang Lebih Parah dari Covid-19, Benarkah?
Pita pink digunakan sebagai lambang kepedulian terhadap penderita kanker payudara, menurut laman RS Syarif Hidayatullah, sejak dicetuskan oleh Yayasan Kanker Payudara milik Susan G. Komen di Amerika Serikat pada 1991.
Mengenai kanker payudara, khususnya di Indonesia, hal yang mengkhawatirkan adalah banyaknya kasus kanker, salah satunya kanker payudara, yang sudah memasuki stadium lanjut (III dan IV) ketika ditemukan.
Hal ini dapat mengindikasikan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini kanker payudara masih sangat rendah di Indonesia.
Baca Juga: Jaga Kebersihan Sebelum dan Sesudah Berhubungan Intim, Agar Organ Reproduksi Sehat
Penting diketahui, menurut Indonesia Cancer Care Community (ICCC), kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang dapat dicegah atau diminimalisasi keganasannya jika ditemukan pada stadium awal.
Karenanya setiap perempuan penting menyadari akan hal ini, salah satunya prihal jenis kanker payudara yang cukup banyak.
Kanker Payudara Triple Nagatif
Salah satu jenis kanker payudara yang perlu diketahui adalah kanker payudara triple negatif (TNBC).
Kanker payudara triple negatif bisa lebih agresif dengan pilihan pengobatan yang terbatas dibandingkan dengan jenis kanker payudara lainnya.
Maka dari itu, sangat penting untuk mendeteksi kanker pada stadium awal.
Baca Juga: Penggunaan Menstrual Cup dan Tampon Aman Bagi Kesehatan Reproduksi Wanita? Ini Kata Dokter
Karena tanda dan gejala kanker payudara mirip pada semua jenis kanker payudara, pemeriksaan diri secara teratur harus dilakukan untuk membantu menemukan terjadinya perubahan apa pun pada tubuh.
Untuk perempuan yang berusia kurang dari 40 tahun atau yang memiliki mutasi gen BRCA1, ada peningkatan risiko terkena jenis kanker payudara triple negatif.
Apakah kanker payudara triple negatif merupakan penyakit keturunan?
Baik lelaki maupun perempuan memiliki gen BRCA1 dan BRCA2, yang membantu mencegah perkembangan kanker.
Dalam kasus di mana gen ini mengalami mutasi, orang memiliki risiko lebih tinggi terkena sejumlah kanker.
Baca Juga: Mengenal USG Transvaginal dan Transrektal, Pemeriksaan untuk Cari Tahu Gangguan Organ Reproduksi
Mutasi BRCA1 diketahui meningkatkan risiko kanker payudara triple negatif.
Setelah diagnosis kanker payudara triple negatif pada perempuan muda, konseling dan tes genetik dapat dipertimbangkan untuk mengidentifikasi apakah mutasi BRCA1 telah memengaruhi perkembangan kanker.
Penting diketahui, kanker payudara triple negatif menyumbang 15% dari semua kasus kanker payudara dan merupakan kanker payudara invasif, yang berarti sel-sel kanker telah berkembang keluar dari area asalnya dan mulai menyebar dengan cepat ke jaringan payudara sekitarnya.
2 Jenis ini diklasifikasikan sebagai triple negatif, karena tidak memiliki tiga protein yang biasanya ditemukan pada sel kanker payudara: reseptor estrogen, progesteron dan HER2.
Penanganan Kanker Payudara Triple Negatif
Baca Juga: Penting Diperhatikan, Siklus Haid yang Tidak Teratur Bisa Ganggu Kesuburan
Karena kanker payudara triple negatif tidak memiliki reseptor hormon estrogen dan progesteron atau protein HER2, ini berarti perawatan hormon dan terapi tepat-sasar tidak akan efektif untuk mengobati kanker jenis ini.
Perawatan untuk kanker payudara triple negatif mungkin terdiri dari pembedahan (untuk pengangkatan benjolan atau seluruh payudara, yang dikenal sebagai mastektomi), kemoterapi dan / atau terapi radiasi.
Selain itu ada juga sejumlah pengobatan baru seperti imunoterapi yang dapat membantu pasien kanker payudara triple negative secara berkesinambungan.
Hasil dari uji coba Fase III, KEYNOTE-522 menunjukkan pembrolizumab (keytruda) yang digabungkan dengan kemoterapi, menghasilkan tingkat respon yang lebih baik untuk kanker payudara triple negatif stadium awal.
Peningkatan substansial sebesar 14% dalam tingkat respons secara klinis bermakna bagi pasien.(*)
Baca Juga: 4 Perawatan Rumahan yang Bisa Dilakukan untuk Atasi Eksim Pada Bayi
Komentar