Serta karena batuk rejan terjadi sangat keras, ini bisa menyebabkan anak mengompol hingga perdarahan pada mata (subkonjungtiva bleeding).
Namun yang harus diwaspadai betul adalah ketika batuk rejan menyebabkan gangguan otak (ensefalopati) dan menyebabkan kerusakan paru (pneumonia).
"Ini bisa sebabkan kematian," ucapnya.
Meski demikian, dr. Windhi juga menjelaskan bahwa seharusnya kasus pertusis atau batuk rejan sudah tidak lagi terjadi.
Sebab vaksin untuk penyakit infeksi tersebut sudah ditemukan, yakni vaksin DPT (difteri, pertusis dan tetanus).
Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.
Diketahui dengan vaksin, sistem kekebalan tubuh akan mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Itu artinya jika anak disuntik vaksin DPT, maka sistem kekebalan tubuh mereka akan terlatih dalam melawan kuman penyebab pertusis sehingga risiko batuk rejan tersebut bisa diminimalisir.
Baca Juga: Pertusis Penyebab Penyakit dan Kematian Pada Bayi, Gejalanya Sampai 2 Minggu Bahkan Lebih
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar