Namun, dr Tonang menyarankan, jika memang aktivitas itu tidak terlalu penting, alangkah baiknya jika tidak bepergian.
"Tapi, kalau memang terpaksa harus terus dilakukan, maka kita harus taat prokes."
"Persoalan tes saat bepergian itu memang perlu, tapi kita tidak bisa fokus pada tes-nya saja, lolos atau tidak lolos."
"Kita harus menyadari mungking saja kita lolos tes, tapi saat perjalanan, kita tertular juga tidak tau. Prokes adalah hal utama untuk menghindari terjadinya penukaran virus."
"Tes hanya melengkapi, tapi tidak membuat kita merasa yakin kita bebas (dari virus), itu yang harus kita tekankan ke masyarakat," urai dr Tonang.
Terkait varian Omicron, dr Tonang menjelaskan bahwa mutasi tersebut pertama kali terdeteksi di Botswana, Afrika bagian selatan.
"Jadi varian ini pertama kali dilaporkan di Afika Selatan, namun sebenarnya bukan dari sana aslinya, tapi dari Botswana kasus pertamanya (terdeteksi), kemudian menyebar," jelas dr Tonang.
Tonang berharap varian Omicron ini tidak seberat varian Delta.
Meskipun ia memahami mutasi virus akan berjalan cepat.
Tonang menyebut, saat ini penelitian terkait virus Omicron masih terus berlangsung.
"Karena ini varian baru, kan juga tidak mungkin sengaja menginfeksi orang untuk mencari data, itu tidak mungkin."
"Kita hanya berusaha agar orang tidak terinfeksi saja. Tapi yang sudah terlanjur kena, ya kita amati." jelas dr Tonang.(*)
Baca Juga: Gejala Awal Infeksi Varian Omicron, Menurut Ahli Pertanda Dunia Dipenghujung Pandemi Covid-19?
Source | : | Tribunnews.com,Mayoclinic.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar