GridHEALTH.id - RT-PCR (Reserve Transcription Polymerse Chain Reaction) dan antigen menjadi metode atau tes yang paling efektif untuk mendeteksi virus Covid-19 saat ini.
Dijelaskan pada laman Mayo Clinic (3/8/2021), bahwa RT PCR dan antigen dilakukan dengan metode yang sama, yakni melalui proses swab.
Dimana untuk mengumpulkan sampel cairan, seseorang akan dimasukkan usap hidung panjang (swab nasofaring) ke dalam lubang hidung dan mengambil cairan dari bagian belakang hidung.
Yang membedakan adalah hasil dari tes antigen dapat diketahui lebih cepat dibandingkan RT-PCR. Namun soal keakuratan, RT-PCR diketahui lebih baik dari tes antigen.
Dengan catatan kedua tes Covid-19 tersebut harus dilakukan dengan tenaga kesehatan yang profesional.
Berbicara mengenai tes Covid-19, belakangan tak sedikit masyarakat yang mempertanyakan perihal keakuratan tes RT-PCR dan antigen dalam mendeteksi varian Omicron.
Diketahui varian Omicron merupakan mutasi terbaru dari Covid-19 yang disebut sangat menular.
Lantas bagaimana keakuratan kedua tes Covid-19 tersebut dalam mendeteksi varian Omicron?
Baca Juga: Masyarakat Pilih-pilih Vaksin, Khawatir Target Vaksinasi Akhir Tahun Tak Tercapai
Menanggapi pertanyaan tersebut, Jubir Satgas Covid-19 RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto memberikan jawabannya.
Menurut dr Tonang, tes RT-PCR dan antigen masih relevan digunakan untuk mendeteksi virus Covid-19, termasuk varian Omicron.
Hal itu disampaikan langsung olehnya dalam wawancara virtualnya di YouTube Tribunnews segmen Panggung Demokrasi: PPKM Level 3 Serentak Nataru, Rabu (01/12/2021).
"Sampai saat ini pemeriksaan menggunakan PCR dan antigen masih bisa digunakan untuk mendeteksi varian Omicron," jelas dr Tonang.
Meski demikian, ia mengatakan hal lain yang juga penting dilakukan adalah disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes) dan ikut vaksinasi.
"Protokol kesehatan dan vaksinasi adalah kunci agar dapat meminimalisir terjadinya penularan virus Covid-19," lanjut dr Tonang.
Menurutnya kasus Covid-19 di Indonesia sudah mulai menunjukkan perbaikan.
Hal ini mengacu pada rendahnya laporan harian kasus Covid-19 yang berhasil dihimpun pemerintah.
Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa jumlah testing di masyarakat masih kurang.
Sehingga, tidak menutup kemungkinan jika akhir tahun ini akan terjadi lonjakan kasus.
"Diharapkan masyarakat menjadi maklum bahwa sebenarnya Covid-19 itu belum selesai."
"Untuk itu mari kita tegakkan prokesnya, karena mau tidak mau itu adalah senjata kita menghadapi berbagai varian virus Covid-19," jelas dr Tonang.
Apalagi jika kita terpaksa harus melakukan perjalanan.
"Kalau memang pemerintah menerapkan aturan harus dengan tes saat bepergian, ya kita harus lakukan."
"Tapi kita juga harus menyadari hal lain yang paling penting adalah prokesnya, mau tidak mau kita harus ketat," sambung dr Tonang.
Baca Juga: Pengobatan HIV/AIDS, Ini Tips Bagi ODHA Untuk Hidup Dengan Penyakitnya
Namun, dr Tonang menyarankan, jika memang aktivitas itu tidak terlalu penting, alangkah baiknya jika tidak bepergian.
"Tapi, kalau memang terpaksa harus terus dilakukan, maka kita harus taat prokes."
"Persoalan tes saat bepergian itu memang perlu, tapi kita tidak bisa fokus pada tes-nya saja, lolos atau tidak lolos."
"Kita harus menyadari mungking saja kita lolos tes, tapi saat perjalanan, kita tertular juga tidak tau. Prokes adalah hal utama untuk menghindari terjadinya penukaran virus."
"Tes hanya melengkapi, tapi tidak membuat kita merasa yakin kita bebas (dari virus), itu yang harus kita tekankan ke masyarakat," urai dr Tonang.
Terkait varian Omicron, dr Tonang menjelaskan bahwa mutasi tersebut pertama kali terdeteksi di Botswana, Afrika bagian selatan.
"Jadi varian ini pertama kali dilaporkan di Afika Selatan, namun sebenarnya bukan dari sana aslinya, tapi dari Botswana kasus pertamanya (terdeteksi), kemudian menyebar," jelas dr Tonang.
Tonang berharap varian Omicron ini tidak seberat varian Delta.
Meskipun ia memahami mutasi virus akan berjalan cepat.
Tonang menyebut, saat ini penelitian terkait virus Omicron masih terus berlangsung.
"Karena ini varian baru, kan juga tidak mungkin sengaja menginfeksi orang untuk mencari data, itu tidak mungkin."
"Kita hanya berusaha agar orang tidak terinfeksi saja. Tapi yang sudah terlanjur kena, ya kita amati." jelas dr Tonang.(*)
Baca Juga: Gejala Awal Infeksi Varian Omicron, Menurut Ahli Pertanda Dunia Dipenghujung Pandemi Covid-19?
Source | : | Tribunnews.com,Mayoclinic.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar