Hal ini penting untuk diperhatikan dan diupayakan.
Sebab untuk dapat lebih cepat mendeteksi berbagai varian baru termasuk Omicron, pemerintah Indonesia harus bisa meningkatkan kemampuan sekuensing yang masih kalah tertinggal dari negara-negara lain.
"Penduduk kita kira-kira adalah seperempat penduduk India, jadi kalau India sekarang sudah memeriksa lebih 80 ribu sampel maka seyogyanya kita harusnya dapat juga sudah memeriksa sekitar 20 ribu sampel," papar Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, yang kini sebagai Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama.
Prof. Tjandra pun menyampaikan mutasi pada spike protein varian Omicron di posisi 69-70 menyebabkan fenomena S gene target failure (SGTF), yakni ketika gen S tidak dapat terdeteksi dengan PCR yang bisa kita ketahu saat ini.
"Tidak terdeteksinya gen S pada pemeriksaan PCR dapat dijadikan indikasi awal untuk kemungkinan yang diperiksa adalah varian Omicron, yang tentu perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memastikannya," kata Tjandra dalam keterangannya, Kamis (2/12), dikutip dari Kumparan.com (2/12/2021).
Tapi ingat, tak terdeteksinya gen S bukan menjadi masalah utama, sebab masih ada gen-gen lain yang bisa dideteksi, sehingga secara umum PCR masih dapat berfungsi.
Baca Juga: Penyebab Bersin-bersin, Mulai dari Infeksi Hingga Perubahan Hormon
Source | : | GridHealth.ID,KompasTV-Omicron,Kumparan-WGS,YouTube Lawan Covid19 ID |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar