GridHEALTH.id - Varian Omicron kini menjadi pusat perhatian publik, mulai dari efek yang dtimbulkan, penularan, hingga cara mendeteksinya.
WHO sudah mengantongi beberapa fakta mengenai penularan dan tingkat keparahan infeksi varian Omicron. Tinggal menunggu diumumkan.
Baca Juga: Kebijakan 11 Negara Hadapi Varian Omicron, Indonesia Berani Ambil Langkah Ini
Sedangkan untuk mendeteksi infeksi varian Omicron perlu Whole Genome Sequencing (WGS).
Tapi sayang kemampuan sekuensing alias WGS di Indonesia masih terbilang rendah.
Menurut data GISAID per 1 Desember 2021, BARU 9.265 sekuens yang dilaporkan.
Padahal Indonesia punya kasus konfirmasi hingga lebih dari 4 juta. Ini membuat porsi sekuens sekitar 0,2% dari total kasus.
Sementara Singapura sudah memasukkan 10.151 sekuens, Afrika Selatan dengan penduduk tidak sampai 60 juta memasukkan 23.917 sekuens, serta India bahkan sudah memasukkan 84.296 sekuens.
Kemampuan Sekuensing Indonesia Harus Ditingkatkan
Baca Juga: Mengatasi Sakit Gigi dengan 5 Bahan Alami Berikut Sebagai Upaya Darurat
Hal ini penting untuk diperhatikan dan diupayakan.
Sebab untuk dapat lebih cepat mendeteksi berbagai varian baru termasuk Omicron, pemerintah Indonesia harus bisa meningkatkan kemampuan sekuensing yang masih kalah tertinggal dari negara-negara lain.
"Penduduk kita kira-kira adalah seperempat penduduk India, jadi kalau India sekarang sudah memeriksa lebih 80 ribu sampel maka seyogyanya kita harusnya dapat juga sudah memeriksa sekitar 20 ribu sampel," papar Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, yang kini sebagai Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama.
Prof. Tjandra pun menyampaikan mutasi pada spike protein varian Omicron di posisi 69-70 menyebabkan fenomena S gene target failure (SGTF), yakni ketika gen S tidak dapat terdeteksi dengan PCR yang bisa kita ketahu saat ini.
"Tidak terdeteksinya gen S pada pemeriksaan PCR dapat dijadikan indikasi awal untuk kemungkinan yang diperiksa adalah varian Omicron, yang tentu perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memastikannya," kata Tjandra dalam keterangannya, Kamis (2/12), dikutip dari Kumparan.com (2/12/2021).
Tapi ingat, tak terdeteksinya gen S bukan menjadi masalah utama, sebab masih ada gen-gen lain yang bisa dideteksi, sehingga secara umum PCR masih dapat berfungsi.
Baca Juga: Penyebab Bersin-bersin, Mulai dari Infeksi Hingga Perubahan Hormon
Tapi dengan WGS justru bisa memudahkan untuk mengetahui mana yang merupakan varian Omicron atau yang lainnya.
Jika itu sudah bisa dilakukan di Indonesia dengan maksimal, maka kita baru bisa mengatakan dan mengatahui, apakah virus corona varian Omicron sudah masuk Indonesia atau belum.
"Kalau di suatu daerah ditemukan peningkatan sampel laboratorium yang menunjukkan S gene target failures (SGTF) maka ini mungkin dapat menjadi suatu indikasi sudah beredarnya varian Omicron," lanjut Tjandra.
Varian Omicron Tidak Meningkatkan Keparahan
Baca Juga: Fakta Varian Omicron dari Rilis Terbaru WHO, Kemenkes; Awal Mulanya B 1.1.529 pada Pasien HIV
Walau demikian, pada kesempatan berbeda, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, varian baru virus Corona B.1.1.529 atau varian Omicron tidak meningkatkan keparahan pada mereka yang terinfeksi.
Terlebih yang telah mendapatkan vaksin Covid-19.
"Yang kita lihat adalah varian Omicron ini walau dia cepat menular, dia ini tidak meningkatkan tingkat keparahan. Terutama pada individu yang divaksin. Jadi ayo segera vaksinasi," ujar Nadia dikutip dari Kompas.com yang juga ditayangan di kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Rabu (1/12/2021).
Vaksin penting untuk mengantisipasi penularan varian Omicron karena varian tersebut, jelas Nadia, merupakan mutasi dari varian-varian sebelumnya.(*)
Baca Juga: Waspadai Tanda Infeksi Jamur Kuku Pada Penyandang Diabetes, ini Ciri-cirinya
Source | : | GridHealth.ID,KompasTV-Omicron,Kumparan-WGS,YouTube Lawan Covid19 ID |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar