GridHEALTH.id - Penyebaran virus Covid-19 varian Omicron di Indonesia terus ditemukan setiap harinya.
Hingga Rabu (29/12/2021), Kemenkes mengonfirmasi sudah ada 68 kasus varian Omicron di Indonesia.
Dimana dari jumlah tersebut, beberapa diantaranya diketahui adalah kasus transmisi lokal.
Meski diklaim menimbulkan gejala yang lebih ringan bahkan pada sebagian orang tidak menunjukkan gejala apapun, varian Omicron disebut sangat menular dibanding varian sebelumnya.
Kondisi ini pun membuat sebagian besar masyarakat bertanya-tanya, seberapa bahayakah varian Omicron tersebut?
Berikut penjelasan Ahli Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman.
Baca Juga: Terungkap, Ternyata Ini Penyebab Pria di Inggris Meninggal Karena Varian Omicron
Dicky mengatakan bahwa karena varian Omicron kini telah dimasukkan dalam kategori varian yang menjadi perhatian atau Variant of Concern (VoC), maka selayaknya harus dianggap 'berbahaya'.
"Ya semua Variant of Concern itu berbahaya, karena begitu satu varian dimasukkan dalam kategori Variant of Concern, berarti ada hal yang serius yang berbahaya, termasuk dalam hal Omicron ini," kata Dicky, dilansir dari Tribunnews, Rabu (29/12/2021).
Sebelumnya, setelah Afrika Selatan mengidentifikasi varian ini, negara itu kemudian melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang akhirnya menyebut varian baru ini sebagai Omicron dan memasukkannya dalam kategori VoC.
Selanjutnya, Omicron pun mulai menyebar ke berbagai belahan dunia dengan memiliki jumlah 32 mutasi yang disebut merupakan hasil gabungan dari berbagai varian sebelumnya.
WHO pada Rabu waktu Swiss mengatakan bahwa risiko yang ditimbulkan oleh Omicron masih 'sangat tinggi'.
Pernyataan ini disampaikan setelah jumlah kasus Covid-19 melonjak 11 % secara global pada pekan lalu.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (29/12/2021), Omicron saat ini berada dibalik lonjakan kasus infeksi yang bergerak cepat di beberapa negara.
"Bahkan varian ini telah melampaui varian Delta yang sebelumnya menjadi varian dominan. Risiko keseluruhan terkait varian baru yang menjadi perhatian ini pun tetap sangat tinggi," jelas WHO dalam pembaharuan epidemiologi mingguan terkait Covid-19.
WHO menambahkan bahwa bukti yang konsisten menunjukkan varian Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan Delta, dengan waktu penggandaan dua hingga tiga hari.
Peningkatan pesat dalam kejadian kasus pun terlihat di sejumlah negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat (AS), di mana (Omicron) telah menjadi varian yang dominan.
"Tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari sifatnya yang dapat menghindari kekebalan dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsik," kata WHO.
Terlepas dari itu, penting bagi masyarakat mewaspadai penularan varian Omicron tersebut.
Selain mendapatkan vaksin Covid-19 yang ada, masyarakat harus disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes).
Terlebih penularan virus corona ini diketahui sangat sulit diprediksi, siapa saja bisa terkena penyakit tersebut.
Menurut penjelasan di laman who.int (9/7/2020), bahwa Covid-19 ditularkan melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi, baik yang dihasilkan melalui batuk maupun bersin.
Seseorang juga dapat terinfeksi dari dan menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus dan kemudian menyentuh wajah mereka misalnya mata, hidung, mulut.
Karenanya menjalankan prokes seperti 5M (Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi serta interaksi) tidak boleh diabaikan meski sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua.(*)
Baca Juga: Jika Hari Ini dan Sebelumnya Suara Anda Serak, Waspada Infeksi Omicron
Source | : | Who.int,Tribunnews.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar