Kini bagi mereka yang vaksin dosis 1 dan 2 dengan vaksin corona Sinopharm, sudah bisa melakukan booster sekurang-kurangnya enam bulan setelah dosis kedua.
Pemberian booster dengan Sinopharm ini sudah mulai bisa dilakukan usai BPOM mengeluarkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) vaksin buatan Beijing Bio-Institute Biological itu.
Namun, perlu diingat, penerima vaksin Sinopharm harus menerima booster dengan merek vaksin yang sama.
Sebab, BPOM memberikan EUA Sinopharm sebagai booster homolog bagi warga berusia 18 tahun ke atas.
"Vaksin booster Sinopharm ini hadir untuk membantu mempercepat program vaksinasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah," kata GM Corporate Secretary PT Kimia Farma Tbk Ganti Winarno dalam keterangannya, dilansir dari WartaEkonomi (13/2/2022).
Ganti menjelaskan, BPOM telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin COVID-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai booster.
"Vaksin Sinopharm sebagai booster umumnya dapat ditoleransi dengan baik," ujar Ganti.
Baca Juga: Jahe Cukup Dikonsumsi Seperti Ini Untuk Terapi Menurunkan Berat Badan
Sedangkan untuk frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer.
Efek samping yang sering terjadi usai penyuntikan Sinopharm ini antara lain nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot, dengan tingkat keparahan grade 1-2.
Efek-efek samping ini segera membaik dan umumnya tidak memerlukan pengobatan.
Kemudian dari aspek imunogenisitas, peningkatan respons imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG masing-masing sebesar 8,4 kali dan delapan kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster.
Komentar