GridHEALTH.id - Masalah kesehatan, khususnya kardiovaskular juga kaner prostat saat ini semakin menjadi momok masyarakat.
Bagaimana tidak permasalahan kesehatan jantung, misalnya, erat kaitannya dengan penyakit Ginjal Kronis (PGK).
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) dalam Diabetes Tipe 2 (DT2) merupakan penyebab utama dari penyakit ginjal stadium akhir, dengan banyak pasien pada stadium lanjut membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal untuk tetap hidup.
Pasien juga berisiko tiga kali lebih besar untuk meninggal karena kejadian kardiovaskular dibandingkan hanya dengan DT2, sehingga perawatan dan deteksi dini penting untuk memperlambat perkembangan PGK dan mencegah hasil yang buruk pada pasien.
Diperkirakan saat ini PGK memengaruhi lebih dari 160 juta orang dengan DT2 di seluruh dunia.
Pada Pharma Media Day, Bayer mempresentasikan kemajuan terbaru untuk Finerenone, yang dikembangkan untuk pasien yang hidup dengan PGK terkait dengan DT2.
Di bidang ini, Bayer memiliki dasar ilmiah dan klinis yang kuat untuk Finerenone, termasuk hasil program uji klinis kardiorenal Fase III terbesar untuk mengevaluasi terjadinya perkembangan penyakit ginjal serta kejadian kardiovaskular, baik yang fatal maupun tidak, pada lebih dari 13.000 pasien yang menderita PGK dan DT2.
Selain itu, Finerenone sedang diteliti di luar indikasi saat ini untuk pengobatan gagal jantung serta penyakit ginjal non-diabetes sebagai indikasi pengobatan potensial selanjutnya.
Finerenone telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS) dan baru-baru ini diberikan izin edar di Uni Eropa.
Baca Juga: Jerawat Adalah Penyakit Infeksi Kulit, Tak Cukup Hanya Ditangani dengan Skin Care yang Dijual Bebas
Finerenone juga telah diajukan untuk mendapatkan izin edar di China, serta beberapa negara lain di seluruh dunia yang permohonannya saat ini sedang ditinjau.
Sedangkan untuk gagal jantung, kini merupakan penyakit mematikan yang memengaruhi lebih dari 60 juta orang diseluruh dunia, yang membutuhkan pilihan dalam pengobatan.
Pengobatan gagal jantung kronis dengan gejala produksi Bayer, Vericiguat, memungkinkan pendekatan khusus untuk menangani pasien gagal jantung kronis setelah terjadinya peristiwa dekompensasi yang baru terjadi, yang juga dikenal sebagai peristiwa perburukan gagal jantung.
Perburukan gagal jantung menandai dimulainya perburukan penyakit dan rawat inap yang berulang-ulang.
Faktanya, 56% pasien kembali dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu 30 hari.
Vericiguat bekerja sama dengan pendekatan yang telah ada melalui tindakan yang berbeda.
Vericiguat memperbaiki defisiensi NO-sGC-cGMP, suatu kondisi yang dapat memperburuk perkembangan gejala gagal jantung. Vericiguat dikembangkan bersama oleh Bayer dan MSD (nama dagang Merck & Co., Inc., Kenilworth, NJ, USA), yang dikenal sebagai Merck di AS, dan telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS, Komisi Eropa dan Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan (MHLW) di Jepang di antara negara-negara lain.
Otorisasi pemasaran untuk Vericiguat juga telah diajukan di China serta beberapa negara lain di dunia.
“Kami saat ini berada dalam posisi yang tepat untuk meluncurkan beberapa obat baru yang penting secara paralel dan kami membuka potensi penuh aset kami melalui pembuatan data yang sistematis, pendekatan multi-indikasi serta membangun model bisnis digital baru,” kata Christian Rommel, Anggota Komite Eksekutif Divisi Pharmaceuticals Bayer dan Kepala Penelitian dan Pengembangan, kepada GridHEALTH.id (25/2/2022) secara tertulis.
Baca Juga: 3 Cara Mudah Jaga Sistem Kekebalan Tubuh untuk Lawan Covid-19
“Kepemimpinan ilmiah kami di bidang penyakit kardiovaskular memperluas misi kami dalam memberikan pilihan pengobatan yang lebih baik bagi pasien yang membutuhkan.”
Kanker Prostat
Sedangkan untuk onkologi, kanker prostat, kanker kedua yang paling banyak terjadi pada pria, harapan barunya adalah Darolutamide dan Radium-223 Dichloride.
Ini adalah produk pengobatan kanker prostat yang resisten terhadap pengebirian non-metastatik dan metastatik (nmCRPC dan mCRPC).
Berdasarkan data klinis terbaru dari Darolutamide, senyawa tersebut sedang diperiksa dalam suatu program pengembangan yang luas dengan 3 studi klinis besar yang sedang berlangsung maupun direncanakan, untuk mengetahui potensinya dalam spektrum kanker prostat yang luas.
Di tengah data positif dari uji coba ARASENS Fase III, Bayer baru-baru ini menaikkan ekspektasi penjualan puncak untuk Darolutamide hingga melebihi €3 miliar.
Penggunaan Radium-223 Dichloride dalam mCRPC dieksplorasi dalam tiga studi Fase III tambahan.
Dengan produk ini serta senyawa tambahan yang sedang dikembangkan, Bayer bermaksud memberikan perawatan yang memperpanjang umur pasien kanker prostat pada berbagai stadium dan memungkinkan mereka untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari sehingga mereka dapat hidup lebih lama dan lebih baik.
Pada saat yang sama, Bayer terus berinvestasi di bidang-bidang yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan tambahan yang tidak terpenuhi pada kanker, termasuk targeted radiofarmasi, terapi alfa yang ditargetkan secara khusus, imuno-onkologi generasi berikutnya, termasuk terapi sel onkologi, serta pendekatan onkologi molekuler yang presisi.
Baca Juga: Sehat Buat Fisik, Mental, dan Kantong Begini Gaya Hidup Hemat Dampak Positif Pandemi Covid-19
Menggabungkan keahlian Bayer dalam molekul kecil dengan platform teknologi chemoproteomics yang baru-baru ini diakuisisi dari Vividion memungkinkan perusahaan untuk membuka target onkologi yang secara tradisional tidak dapat diobati demi mendorong penjualan di masa depan.
Inovasi eksternal akan terus memainkan peran penting dalam pertumbuhan penjualan yang dapat membantu memposisikan perusahaan untuk menjadi pemimpin pada segmen utama pasar onkologi di masa depan.
“Dengan pengobatan kanker prostat kami yang berbeda, Darolutamide, yang telah menunjukkan manfaat klinis yang kuat dalam 2 studi besar Tahap III pada kanker prostat dan memiliki program pengembangan luas yang sedang berlangsung di berbagai tahap penyakit lainnya, kami sekarang meletakkan dasar untuk pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan dan menjadi 10 perusahaan onkologi teratas pada tahun 2030,” kata Robert LaCaze, anggota Komite Eksekutif Divisi Pharmaceuticals dan Kepala Unit Bisnis Strategis Onkologi di Bayer.
“Selain itu, kami telah memperluas pendekatan kami dengan beberapa platform baru, dan meluncurkan pengobatan onkologi presisi yaitu Larotrectinib. Dengan 6 produk di 10 indikasi, Bayer hari ini sudah memberikan perawatan baru untuk pasien kanker yang membutuhkan pilihan pengobatan yang lebih baik. Dengan rekam jejak kami dalam mengembangkan dan meluncurkan produk onkologi inovatif dan pipeline yang kokoh, kami yakin bahwa kami memiliki semua yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan jangka panjang.”(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar