GridHEALTH.id -Bulan Ramadan dimana semua umat mulism harus menjalankan ibadan puasa di siang hari, harus sahur di malam hari, salat tarawih di malam hari, adalah bulan sucinya umat muslim di seluruh dunia.
Bagi Indonesia bulan Ramadan adalah bulan bersejarah. Bagaimana tidak, di bulan Ramadan teks proklamasi dibuat dan dibacakan.
Jadi di bulan Ramadan, Indonesia remsi menyatakan kemerdekaannya.
Ini tentu anugrah yang maha besar dari Allah Subhanahuwataalla.
Perlu juga diketahui, proklamasi kemerdekaan Indoensia pada saat itu pengaruh paling kuat adalah dari pejuang Muslim.
Bahkan, menjelang pembacaan teks proklamasi keesokan harinya, para perumus teks proklamasi, termasuk Wakil Presiden Pertama Indonesia Mohammad Hatta, harus sahur dengan menu sederhana dan seadaanya, roti, telur, dan ikan sarden.
Saat itu, Hatta sahur di rumah Admiral Maeda usai rapat persiapan kemerdekaan yang rampung pada pukul 03.00.
Rapat yang telah dirembuk semalaman itu akhirnya rampung pada hari ke-9 Ramadan tahun 1364 Hijriah.
Teks proklamasi pun selesai dibuat dan segera diketik oleh Sayuti Melik di waktu sahur tersebut.
Baca Juga: Inilah 6 Rekomendasi Makanan untuk Redakan Perut Begah Usai Berbuka
Jadi semua proses kemerdekaan Indonesia dilakukan di malam Ramadan yang penuh berkah.
"Sahur.... sahur!" terdengar suara dari luar rumah Maeda yang menunjukkan waktu untuk sahur bagi umat Islam yang akan berpuasa.
"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang, aku masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda. Karena tidak ada nasi, yang kumakan ialah roti, telur, dan ikan sarden, tetapi cukup mengenyangkan," kata Hatta dalam bukunya Menuju Gerbang Kemerdekaan yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2011.
Satsuki Mishina yang merupakan asisten rumah tangga Maeda dan satu-satunya perempuan di rumah tersebut adalah orang yang menyiapkan makanan itu.
Ia pun segera menghidangkan masakannya kepada para tokoh perumus proklamasi yang berkumpul di rumah Maeda.
Tidak hanya Hatta, di rumah Maeda juga ada Soekarno, Achmad Soebardjo, dan Sayuti Melik.
Mereka menyantap makan sahur, sedangkan Sayuti Melik menyelesaikan tugasnya untuk mengetik naskah proklamasi dengan mesin ketik yang ada di Konsulat Jerman dekat rumah Maeda.
Santap sahur itu masih terasa seperti rapat, karena ketiganya tetap berdiskusi untuk menentukan lokasi yang tepat untuk membacakan teks proklamasi tersebut.
Saat itu, Sukarni dari golongan muda menginginkan pembacaan di Lapangan Ikada agar rakyat Jakarta datang melihat momen bersejarah itu.
Baca Juga: Aturan Bagi Ibu Menyusui yang Ingin Menjalankan Ibadah Puasa
Namun, Soekarno menolak dengan pertimbangan Lapangan Ikada masih diduduki tentara Jepang dan tak ingin memulai insiden.
Rumah Soekarno yang ada di Pegangsaan Timur Nomor 56 yang sekarang menjadi Tugu Proklamasi pun disepakati menjadi lokasi dibacakannya teks proklamasi tersebut.
Setelah makan sahur, para tokoh bangsa itu pun berpamitan pulang.
Sepulangnya dari rapat itu, Hatta mengaku baru tidur setelah shalat subuh dan bangun sekitar pukul 08.30.
Ia lantas bersiap-siap berangkat ke Pegangsaan Timur, lokasi tempat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
"Setelah mandi dan bercukur, aku bersiap-siap untuk berangkat ke Pegangsaan Timur 56 guna menghadiri pembacaan teks Proklamasi kepada rakyat banyak serta menaikkan bendera Sang Merah Putih, yang akan dikunci dengan lagu 'Indonesia Raya'," kata Hatta.
Lokasi rumah Hatta yang dekat dengan tempat pembacaan teks proklamasi membuat Hatta meninggalkan rumah pada pukul 10.10.
Ia tiba di Pegangsaan Timur lima menit sebelum pembacaan teks proklamasi itu dilakukan.
Hatta mengatakan, semua orang tahu bahwa dirinya selalu tepat waktu sehingga di antara mereka tidak ada yang khawatir bahwa ia akan datang terlambat.
"Soekarno pun tidak khawatir, karena ia tahu kebiasaanku," ujar dia.
Siapa sangka jika pada 9 Ramadhan 1364 atau 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Indonesia merdeka yang ditandai pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno.
Bendera Merah Putih jahitan Fatmawati pun berkibar di rumah Soekarno dan lagu "Indonesia Raya" berkumandang dengan sorak sorai rakyat yang bergembira menyambut Indonesia merdeka.
Sahur saat itu tampaknya menjadi bersejarah, karena keesokan harinya Indonesia menjadi bangsa yang bebas dari penjajahan.(*)
Baca Juga: Makan Sahur Setelah Imsak Membatalkan Puasa? Ini Pendapat MUI
Artikel ini telah publish di Kompas.com, dengan judul; Cerita Hatta tentang Sahur pada Hari Ke-9 Puasa, Tepat di Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Hatta tentang Sahur pada Hari Ke-9 Puasa, Tepat di Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/04/21/10014071/cerita-hatta-tentang-sahur-pada-hari-ke-9-puasa-tepat-di-hari-proklamasi?page=all.
Penulis : Deti Mega Purnamasari
Editor : Diamanty Meiliana
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar