“Oleh karena itu, penelitian kami memberikan beberapa bukti terbaik menunjukkan bahwa tinju amatir dikaitkan dengan cedera otak jangka panjang yang bisa diukur secara klinis, yang dimanifestasikan sebagai gangguan awal Alzheimer,” ujarnya dikutip dari laman Cardiff University, Jumat (13/05/2022).
Menurutnya, dalam pertandingan tinju amatir kewajiba menggunakan pelindung kepala merupakan langkah untuk mencegah cedera otak serius.
Akan tetapi, tetap amsih ada dampak jangka panjang dari olahraga adu jotos tersebut yang dilakukan oleh petinju amatir.
Dalam penelitiannya, profesor Elwood dan timnya menggunakan Cearphilly Cohort Study untuk mengumpulkan bukti mengenai penurunan kognitif dan demensia.
Para partisipan diamati selama 35 tahun. Setiap lima tahun sekali, gaya hidup dan perilaku, kesehatan dan aktivitas mereka, serta penyakit dicatat melalui wawancara.
Selain itu, hasil pemeriksaan dokter dan tes fungsi kognitif yang dilakukan berulang juga ikut dikumpulkan. Pada akhir penelitian, bukti adanya demensia pun terlihat dari catatan medis.
Studi menemukan, dari 1.123 pria, 73 orang di antaranya mengatakan mereka telah bertinju saat masih muda.
Ketika sudah berusia 75-89 tahun, sepertiga dari mereka yang bertinju mengalami gangguan kognitif dibandingkan yang tidak.
Baca Juga: Healthy Move, Olahraga Rutin Mengurangi Risiko Demensia Pada Lansia
Ini menunjukkan adanya peningkatan dua kali lipat, yang merupakan faktor risiko dari penyakit Alzheimer.
Demensia timbul lima tahun lebih awal daripada pria yang tidak melakukan tinju.
Meskipun sampel penelitian ini cukup kecil hanya 73, tapi ini tetap bisa jadi bukti berharga dalam pederbatan antara cedera kepala dengan olahraga adu jotos.
“Jutaan orang terkena demensia dan hubungan antara penyakit yang menghancurkan ini, serta jenis olahraga kontak tertentu baru sekarang mulai terungkap,” kata Profesor Elwood.
Penelitian lebih lanjut penting untuk melindungi generasi saat ini, menurut Profesor Elwood.(*)
Baca Juga: Hati-hati, Sering Berpikir Negatif Bisa Tingkatkan Risiko Demensia
Source | : | Kompas.com,Cardiff University |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar