GridHEALTH.id - Kasus sopir bus PO Haryanto tiba-tiba mengalami gejala stroke belakangan saat bertugas ramai menjadi perbincanagan warganet.
Pasalnya video yang memperlihatkan kejadian tersebut cukup banyak beredar di media sosial.
Dilansir dari akun YouTube MP Channel, Kamis (26/5), dalam video itu tampak sopir bus PO Haryanto harus dipapah oleh rekan-rekannya karena tiba-tiba sakit dan lemas.
Tampak pula salah satu kaki sang driver lemas tak bertenaga.
"Padahal pas turun dari bus masih bisa jalan," tulis dalam video.
"Selang beberapa menit sudah lemas, dan susah jalan," jelasnya.
"Dan harus dipapah sama teman-temannya," tambahnya.
Kejadian ini pun mendapat respons dari Bos PO Haryanto, Rian Mahendra.
Menurut Rian, kejadian itu menimpa anak buahnya yang bernama Pak Buyung dan terjadi pada 3 Mei lalu.
Baca Juga: 3 Manfaat Makan Mangga Saat Udara Panas, Bisa Mencegah Heat Stroke
"Itu sudah rekan kita belasan tahun," ujarnya.
"Kemarin kena stroke tiba-tiba, kena gejala struk," jelas Rian.
Meski demikian, sopir bus PO Haryanto tersebut sudah mendapatkan penanganan dari rumah sakit.
"Sudah langsung kita masukkan ke rumah sakit. Langsung di MRI juga," sambungnya.
"Alhamdulillah beliau sudah keluar dari rumah sakit dan dijemput keluarganya," lanjutnya.
Rian mengaku banyak mendapat tudingan perihal kasus tersebut, salah satunya seperti tudingan jam kerja yang berlebihan.
"Kalian ini benar-benar ye, gua diteror orang, diberondong orang, dikomen orang nanyain 'Mas ini sopirnya kenapa?'. Sampai pada bisa bikin isu aneh-aneh, ada yang bilang kecapekan lah, Haryanto kerjanya terlalu keras lah, apa lah," ujar Rian Mahendra.
"Di Haryanto itu libur bebas Mas, driver di sini tuh buanyak (banyak banget). Jadi bukan karena kecapekan, sudah gitu kan satu bis driver nya dua. Mereka kalau capek bisa langsung gantian. Beliau kena gejala stroke," jelasnya.
"Doain saja mudah-mudahan cepat sembuh. Amin," tutupnya.
Baca Juga: Berhubungan Intim Setelah Sembuh dari Stroke, Ini yang Harus Dilakukan
Namun terlepas dari itu, perlu diketahui bahwa stroke termasuk salah satu penyakit mematikan di dunia dan perlu mendapat penanganan secepat mungkin.
Penyakit stroke
Saat seseorang mengalami stroke, mereka hanya memiliki waktu tidak lebih dari 60 menit untuk mendapatkan pertolongan pertama setelah timbulnya gejala awal.
Ketika stroke sudah menghambat aliran darah ke otak, maka sel-sel otak akan mati hanya dalam waktu beberapa menit bahkan bisa memicu pendarahan otak.
Menurut laman WebMD (21/7/2021), pendarahan ini akan membunuh sel-sel otak.
Kondisi ini meningkatkan tekanan pada jaringan otak terdekat, dan yang mengurangi aliran darah vital dan membunuhnya.
Pendarahan dapat terjadi di dalam otak, antara otak dan selaput yang menutupinya, antara lapisan-lapisan selubung otak atau antara tengkorak dan selubung otak.
Jika pasien stroke tidak segera mendapatkan penanganan di rumah sakit, risiko kematian akan semakin besar.
Kerja Lebih Dari 8 Jam Sehari Bisa Picu Stroke
Baca Juga: Gejala Awal Saat Terserang Stroke, Jangan Tusuk Jari dengan Jarum
Beberapa penelitian membuktikan adanya ancaman serius bagi kesehatan mereka yang bekerja dari waktu 8 jam tersebut.
Dimana sebagian besar penelitian melihat adanya hubungan antara jam kerja berlebih dengan risiko penyakit jantung.
Bahkan angkanyapun tak bisa dianggap sepele yakni mencapai 80 %.
Seperti temuan dari penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology yang menemukan, karyawan yang sering bekerja lembur secara signifikan rentan menderita serangan jantung dan stroke.
Menurut para peneliti, orang yang sering lembur mengalami kombinasi stres, tekanan darah tinggi, serta diet tidak sehat.
Hal-hal ini akan mengakibatkan masalah jantung lebih dini bagi para pekerja lembur.
Analisis ini dikombinasikan pula dengan hasil studi berbeda yang dilakukan 50 tahun terakhir.
Banyak penelitian menemukan, dibandingkan pekerja yang teratur bekerja 8 jam, mereka yang bekerja terlalu lama di kantor berisiko lebih tinggi mengalami sakit jantung 40 - 80 %.
Studi penelitian terbaru ini ditemukan oleh para ahli dari Institut Finlandia dengan dukungan Lembaga Kesehatan Kerja Inggis.
Penelitian berawal dari hasil survei di Inggris yang mengungkap bahwa kerja lebih dari 11 jam sehari memiliki risiko penyakit jantung sebesar 67 %.
Pimpinan peneliti, Dr.Marianna Virtanen dan timnya mengumpulkan data dari 12 studi berbeda dari tahun 1958.
Sejak penelitian pertama kali tentang kerja lembur akan berakibat pada kesehatan jantung seseorang.
Total studi ini melibatkan lebih dari 22.000 responden dari Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Swedia, Finlandia, Denmark dan Belanda.
Tim peneliti menemukan responden yang bekerja terlalu lama sangat beresiko terkena penyakit jantung antara 40 hingga 80 % daripada mereka yang bekerja dengan waktu lebih sedikit.
Para ahli mencatat temuan persentase dari penelitian mereka memang berbeda, tetapi kesimpulannya sama bahwa penyakit jantung adalah risiko para pekerja lembur.
Di dalam studi terbaru ini, para peneliti mencoba metode yang lebih akurat. Dimana mereka memonitor jumlah jam kerja para pekerja.
Berdasar penelitian tersebut, penyebab penyakit jantung pada pekerja lembur adalah jam kerja yang terlalu lama.
Menurut kesimpulan yang ada kerja lembur secara psikologis menyebabkan seseorang mudah stres.
Stres makin dipicu kebiasan yang meningkatkan kadar hormon penyebab stres kortisol.
Kebiasaan itu seperti pola makan buruk serta kurangnya aktivitas fisik lantaran keterbatasan waktu luang.
Pada tahun 2009, Dr. Virtanen dan timnya menemukan kerja lembur sama buruknya dengan merokok dalam memicu risiko demensia atau kepikunan di kemudian hari.
Tim ini menemukan, para pekerja paruh baya yang bekerja 55 jam atau lebih dalam sepekan memiliki fungsi otak lebih buruk daripada pekerja yang bekerja tidak lebih dari 40 jam dalam sepekan.
Melihat beberapa penelitian tersebut, sepertinya para pekerja harus berpikir kembali terkait dampak buruk yang ditimbulkan tersebut jika misalnya ingin bekerja lebih dari 8 jam.(*)
Baca Juga: Menurunkan Kolesterol Tinggi dengan Rebusan Daun Salam, Begini Caranya
Source | : | Webmd,Merdeka.com,Health.grid.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar