GridHEALTH.id - Saat ini, berbagai penyakit misterius bermunculan dan masih dalam penelitian lebih lanjut, termasuk yang akhir-akhir ini menjadi pembahasan yaitu leptospirosis dan chikungunya.
Meskipun masyarakat diminta untuk tetap tenang dalam menghadapi jenis penyakit-penyakit ini, namun alangkah baiknya kita telah terlebih dahulu mengenali perbedaan kedua penyakit ini.
Virus Chikungunya
Secara klinis, virus ini berasal dari jenis nyamuk yang serupa dengan virus dengue dan zika.
Diagnosis pada infeksi virus chikungunya dapat dilihat dari riwayat perjalanan dan tempat tinggal.
Beberapa gejala spesifik yang diakibatkan dari infeksi virus chikungunya adalah:
- Demam tinggi (biasanya lebih dari 39 derajat Celcius)
- Radang sendi, seperti sakit kepala, konjungtivitis, mialgia, mual, ruam
- Artralgia parah
Baca Juga: Waspada Infeksi Chikungunya, Lawan Lewat Asupan Makanan Ini
- Limfopenia
Mayoritas orang yang terinfeksi akan menimbulkan gejala klinis dengan masa inkubasi sekitar 3-7 hari.
Orang yang berisiko terkena penyakit parah adalah orang dewasa di atas usia 65 tahun dan atau orang dengan kondisi medis yang mendasari, seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit kardiovaskular.
Studi melaporkan, pasien dengan gejala akut biasanya akan sembuh dalam 7-10 hari, namun pada beberapa pasien mungkin akan mengalami gejala rematik yang menetap atau kambuhan dalam beberapa bulan setelahnya.
Diagnosis laboratorium umumnya dilakukan dengan menguji bagian serum atau plasma untuk mendeteksi virus, asam nukleat virus, imunoglobulin M spesifik virus, beserta antibodi penawar.
Virus ini terhitung tidak mematikan, karena berdasarkan catatan jarang terjadi dan kebanyakan jika terjadi menyerang orang dewasa yang lebih tua.
Akan tetapi, laporan harian virus chikungunya di setiap negara harus selalu terupdate untuk mengurangi risiko penularan lokal, sehingga penting untuk memberitahukan jika seseorang terinfeksi virus ini.
Leptospirosis
Berbeda dengan virus chikungunya, leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang manusia dan hewan.
Baca Juga: Musim Hujan, Waspadai Penyakit Leptospirosis yang Bisa Berakibat Fatal
Bakteri yang dimaksud adalah bakteri dari genus Leptospira dan dapat menyebar melalui urin hewan yang terinfeksi, bahkan bakteri ini akan larut dalam air atau tanah dan bertahan selama beberapa minggu sampai bulan.
Hewan yang terinfeksi bisa dari hewan liar maupun hewan peliharaan yang membawa bakteri itu.
Dari hewan inilah manusia akan terkontaminasi melalui urin atau cairan tubuh lain (kecuali air liur) dan air, tanah, atau makanan yang telah terkontaminasi dari urin tersebut.
Bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, mata, hidung, mulut, dan khususnya luka terbuka.
Sangat berbeda dari virus chikungunya, penyebaran bakteri ini jarang terjadi dari orang ke orang, namun orang yang berkegiatan di daerah beriklim tropis dan sedang memiliki potensi penularan lebih besar.
Penyakit ini dalam beberapa kasus tidak menimbulkan gejala dan di kasus lain muncul beberapa gejala yang sering disalahartikan sebagai gejala dari penyakit lain.
Pengobatan yang diberikan biasanya berupa antibiotik, seperti doksisiklin atau penisilin dan harus diberikan sejak awal terinfeksi, sedangkan untuk orang dengan gejala parah memungkinkan pemberian antibiotik intraverna.
Tanpa pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat menyebabkan penyakit serius lainnya, seperti kerusakan ginjal, meningitis, gagal hati, gangguan pernapasan, hingga kematian.
Risiko tertular penyakit ini dapat dikurangi dengan cara meminimalisir kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi.(*)
Source | : | CDC |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar