GridHEALTH.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, dikutip dari Kompas (15/06/2022) mengatakan subvarian baru Omicron, yaitu BA.4 dan BA.5, tidak membahayakan seperti varian Delta. Varian baru dari Covid-19 ini sudah dideteksi di Indonesia.
"Sekalipun tidak membahayakan seperti Delta, harus tetap hati-hati dan waspada," kata Riza Patria di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 14 Juni 2022.
Dari 8 kasus subvarian baru itu, empat di antaranya terdeteksi di Jakarta. Namun Wagub DKI memastikan kondisi keempat pasien Covid-19 tersebut stabil. Hingga saat ini tidak ada kematian yang diakibatkan oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Riza Patria mengatakan, Pemprov DKI terus mengupayakan penanganan kasus Covid-19 subvarian baru ini. Wagub DKI itu juga mengimbau masyarakat untuk lebih hati-hati dan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 517 orang dinyatakan positif. Angka tersebut merupakan peningkatan dibandingkan jumlah kasus kemarin, yakni 348 kasus positif.
Sebelumnya Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia meminta masyarakat tetap waspada dan menjaga protokol kesehatan di masa pandemi. "Kami turut mengimbau agar masyarakat juga mewaspadai penularan Varian Omicron," ucap dia.
Meski disebut-sebut tidak seganas varian Delta, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan bahwa turunan varian Omicron BA.4 dan BA.5 ini harus lebih diwaspadai sebab memiliki mutasi yang sama dengan varian Delta.
"BA.4 BA.5 adalah subvarian Omicron yang memiliki mutasi yang dimiliki oleh variant of concern Delta seperti L4.52.
Varian L 452 ini sebagaimana Delta itu membuat mutasi BA.4 BA5, terutama BA.5, mudah sekali menginfeksi orang. Bukan hanya yang belum divaksinasi, tapi juga yang sudah divaksinasi," kata Dicky dikutip dari detik.com (12/05/2022).
Baca Juga: Pemerintah Antisipasi Puncak Gelombang Covid-19 BA.4 dan BA.5 dengan Ini
Baca Juga: Gejala Dini Penyakit Jantung, Ini 7 Tanda yang Harus Diwaspadai
Menurut Dicky, meski tanpa gejala atau gejalanya ringan, laju pertumbuhan jumlah kasus BA.4 dan BA.5 ini berada di kisaran 12 hingga 13 persen. Sehingga, jika tidak ada upaya yang memadai kasus COVID-19 di Indonesia akan terus meningkat.
"Misalnya PPKM-nya dicabut, vaksinasinya turun, perilaku masyarakat memakai masker juga buruk. Itu dalam dua minggu bisa dominan dan bisa menyebabkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi," jelasnya.
Selain itu, terdapat potensi subvarian BA.4 dan BA.5 ini menciptakan gelombang baru jika mitigasi tidak dilakukan maksimal.
"Ketika kita tidak menerapkan mitigasi yang memadai, dia berpotensi jadi gelombang, ada dalam beberapa minggu atau bulan ke depan," pungkas Dicky.
Bersiap menghadapi puncak gelombang Covid-19 BA.4 dan BA.5 yang diperkirakan terjadi pada pertengah Juli, pemerintah berupaya meningkatkan whole genome sequencing (WGS).
Source | : | Kompas.com,detik.com,GridHEALTH.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar