Epidemiolog Dicky Budiman dari Griffith University Australia menjelaskan, bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 berbeda dibandingkan varian Covid-19 yang sebelumnya.
“Khususnya BA.5 ini dia punya karakter yang merupakan kombinasi yang memiliki kecepatan lebih dari Omicron sebelumnya. Sehingga, mudah menginfeksi baik yang sudah vaksin atau pun belum,” kata Dicky dikutip dari Kompas.com, Kamis (16/6/2022).
Ia menyebutkan, Covid-19 BA.5 mengadopsi sifat dari Delta L452 yang membuatnya mudah terikat di reseptor ACE 2, sehingga dapat dengan mudah masuk ke sel manusia.
“Artinya potensi keparahan lebih infeksius. Yang jelas potensi keparahan ada,” jelasnya.
Hasil studi juga menunjukkan bahwa angka reproduksi efektivitas BA.4 dan BA.5 sekitar 1,2 lebih tinggi dibandingkan subvarian yang lainnya.
Pemilik penyakit komorbid berisiko
Lebih lanjut ia mengungkapkan pemilik penyakit komorbid, orang yang belum divaksin atau booster, lansia, dan memiliki imunitas rendah masuk dalam kelompok rentan.
“Mereka ini bisa bergejala atau masuk rumah sakit. Bahkan pada beberapa kasus rawan, terutama komorbid bisa terjadi kematian. Walau angka kematian jauh lebih rendah ketika Delta,” kata Dicky dikutip dari Tribunnews via GridHEALTH, Kamis (16/06/2022).
Baca Juga: Waspada, Puncak Gelombang Subvarian BA.4 dan BA.5 Jelang Idul Adha
Penyakit komorbid adalah kondisi saat seseorang menderita dua penyakit atau lebih. Membuatnya sangat berisiko terinfeksi Covid-19.
Penyakit penyerta yang dimaksud yaitu kanker, penyakit ginjal kronis, penyakit paru kronis, demensia atau kondisi neurologis lain, diabetes tipe 1 dan 2, penyakit jantung, hingga sistem imun yang lemah atau immunocompromised.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr Erlina Burhan, SpP(K) menyebutkan beberapa gejala subvarian BA.4 dan BA.5 yang banyak dilaporkan di Tanah Air dan perlu diwaspadai.
Source | : | Kompas.com,ANTARA,Tribunnews.com |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar