“Tapi dari 57 kasus (subvarian Omicron BA.4 dan BA.5) yang sudah direka ulang, jumlah BA.5 jauh lebih banyak daripada BA.4,” kata dokter Erlina di diskusi media PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Diketahui jumlah subvarian BA.5 mencapai 47 kasus, sedangkan BA.4 hanya sekitar 10 kasus.
Kasus subvarian BA.4 dan BA.5 paling banyak terjadi di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, dan Banten.
Lebih lanjut, dokter Erlina juga menjelaskan bahwa saat ini sudah terjadi penularan lokal subvarian BA.4 dan BA.5.
“Umumnya sekarang di kalangan WNI. Kalau awal-awal ada WNA beberapa, tapi sekarang warga negara Indonesia,” katanya.
Dia menambahkan, “Artinya sudah terjadi transmisi lokal, bukan lagi imported cases lagi. Tentu saja kita patut waspadai, karena masyarakat cenderung kalau ada gejala takut untuk memeriksakan diri.”
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sampai saat ini diketahui tingkat keparahannya tidak melebihi varian berikutnya.
Baca Juga: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, Epidemiolog: Pemilik Penyakit Komorbid Rentan Terinfeksi
Namun, bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, pemilik penyakit komorbid, dan orang yang belum divaksinasi varian ini tetap berisiko.
Dari data yang ada, terjadi penularan dikalangan anak-anak dan orang lanjut usia (lansia). Terdapat sekitar 8-9 persen kasus Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 pada anak-anak.
Rata-rata mereka berusia 1-18 tahun dan tertular ketika bepergian bersama dengan orangtua.
Baca Juga: Ungkapan Keresahan Netizen Akibat Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar