Walaupun demikian, Siti Zahro masih menjalani perawatan di ruang intensif khusus jantung RS Al Madinah.
“Alhamdulillah kondisi Ibu Siti Zahro berangsur-angsur membaik dan sudah bisa komunikasi dengan keluarganya di kampung melalui video call,” kata Muhaimin, dilansir dari SehatNegeriku (21/06/2022).
Dokter KKHI Madinah ini mengaku bersyukur, melihat perkembangan kesehatan Siti Zahro yang sangat signifikan.
Sehingga perlahan-lahan alat bantu pernapasan sudah dilepas dan obat-obat penguat otot jantung dihentikan.
“Kemarin alat bantu napas sudah dilepas, lalu obat penguat otot jantung dosisnya diturunkan perlahan-lahan, hingga dihentikan” katanya.
Baca Juga: Payudara Sakit Saat Ditekan dan Tidak Ada Benjolan, Tanda Dari Apa?
Berdasarkan informasi dari tim dokter yang menangani di RS Al Madinah, Siti Zahro mengalami serangan jantung atau infark miokard akut yang menyebabkan henti jantung.
Sehingga perlu dirujuk ke pusat jantung Cardiac Centre Madinah di RS King Fahd untuk angiografi koroner dan pemasangan ring jantung.
“Rencananya hari ini rujuk ke Madinah Cardiac Centre, RS King Fahd untuk penanganan lanjutan yaitu Angiografi Koroner dan dilanjutkan pemasangan ring jantung,” katanya.
Dokter Fajriani Damhuri, TKH kloter JKG 011, menuturkan kejadian awal sebelum Siti Zahro mengalami henti Jantung.
Awalnya Siti Zahro akan pergi shalat Ashar di Masjid Nabawi melalui pintu 13, tiba-tiba merasa sakit dada, pusing, dan pandangan gelap.
Ia lalu dihampiri Emergency Medical Team (EMT) Nabawi, lalu dibawa ke klinik Al Safiah.
Dalam perjalanan tiba-tiba tak sadarkan diri diduga mengalami henti jantung, sehingga dilakukan resusitasi jantung paru.
Sesaat kemudian diintubasi kemudian dirujuk ke RS Al Madinah.
Fajriani mengatakan, Siti Zahro ini memiliki riwayat hipertensi dan tidak minum obat.
Siti Zahro tetap memaksakan diri berangkat ke masjid Nabawi sejak jam tiga pagi sampai sore tanpa istirahat.(*)
Baca Juga: 3 Penyebab Payudara Sebelah Kanan Lebih Besar, Kapan Perlu Khawatir?
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar