Sementara distribusi demografi kasus BA.4 terbanyak di DKI Jakarta dengan 64 kasus disusul Banten dengan 3 kasus.
Untuk varian BA.5 terbanyak di DKI dengan 582 kasus disusul Jawa Barat 29 kasus.
"Ada dua cirinya (Omicron BA.4 dan BA.5) yang agak beda dari sebelumnya. Pertama tingginya 30 persen dari sebelumnya, jadi mgkn 16-17 ribu puncaknya," jelas Budi.
Baca Juga: Lebih Dekat dengan Kedokteran Timur (TCM), Sejarah, Metode Pengobatan, Perkembangannya
"Kedua, dia cepat penularannya. Mulai dari terjadi sampai puncak dia cepat. Itu sebabnya kita lihat di 1-2 minggu di Juli puncaknya," beber Menkes Budi.
Namun diprediksi puncak gelombang varian Omicron BA.4 dan BA.5 ini kasus kematiannya sepertinya tidak akan setinggi puncak gelombang Omicron subvarian sebelumnya apalagi Delta.
Hal yang sama kasus rawat inap di rumah sakit, tidak akan setinggi, sebanyak, dan seheboh saat puncak varian Delta menerpa Indonesia.
Selain di Jakarta, dua subvarian ini teridentifikasi sejumlah daerah Indonesia seperti Bali, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan terbanyak DKI Jakarta.
Baca Juga: BPOM Kaji Vaksin Covid-19 Anak di Bawah 6 Tahun, Kapan Bisa Dilakukan?
"Jadi ya akan lumayan yang tertular, tapi yang penting masuk rumah sakitnya kosong. Tempat pak Syahril (RSPI Sulianti Saroso) yang masuk 10 orang [sekarang], waktu Omicron yang dulu lebih penuh, kalau jaman Delta sampai antre-antre," papar Menkes Budi kepada awal media.
Penting diperhatikan, pada eksempatan berbeda, Menteri Kesehatan Budi Gunadi menyebut varian baru Covid-19, yakni BA4 dan BA5, telah menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara hingga 30 persen dari puncak kasus Omicron.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar