Listeria Lebih Mengancam Ibu Hamil
Baca Juga: Fakta Dibalik Hebohnya Ganja untuk Pengobatan juga Terapi Cerebral Palsy, Ternyata ...
Gejala lain penyakit ini jika sudah menyebar dari usus ke otak, yaitu sakit kepala, leher kaki, kebingungan, hilang keseimbangan, hingga kejang.
Parahnya, gejala bisa terjadi lebih dari dua bulan setelah terpapar makanan maupun air yang terkontaminasi.
Lebih mengancam ibu hamil karena orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh atau ibu hamil bisa menunjukan gejala infeksi listeria yang lebih cepat.
Adapun kasus dilaporkan terjadi di 10 negara bagian AS, tapi hampir semua orang yang jatuh sakit tinggal atau baru-baru ini bepergian ke Florida.
Sayangnya, hubungan antara Florida dan listeria belum diketahui, sehingga CDC meminta orang yang bepergian ke daerah tersebut untuk berhati-hari jika mengalami gejala listeriosis.
Gejala Listeriosis
Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3-70 hari pasca infeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21 hari.
Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare (kurang umum). Jika infeksi menyebar ke sistem saraf pusat (SSP), gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada leher, bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang mengalami kejang.
“Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi otak”, tutur dr. Subuh.
Baca Juga: Menkes Sudah Peringatkan Puncak Omicron, Reaksi Masyarakat Biasa Saja
Pada wanita hamil yang terinfeksi, muncul gejala seperti flu ringan. Namun, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, infeksi pada bayi yang baru lahir, atau bayi lahir mati.
Gejala juga biasanya muncul pada bayi baru lahir di minggu pertama kehidupan, tetapi juga dapat terjadi di kemudian hari. Gejala pada bayi baru lahir sering tidak terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam, dan tidak mau makan.
Sumber Penularan
Sumber penularan L. monocytogenes dapat terjadi pada beberapa aspek mulai dari pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian.
Pada pemilihan makanan penularan biasanya terjadi pada produk seperti susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap.
Pada saat pengolahan makanan, juga dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L. monocytogenes.
“Selain itu, bayi bisa lahir dengan Listeria jika ibu hamil memakan makanan yang terkontaminasi bakteri selama kehamilan”, ujar dr. Subuh.
Populasi yang rentan terinfeksi listeriosis, yaitu wanita hamil atau janin dalam kandungan; infeksi perinatal yaitu sesaat sebelum dan sesudah kelahiran; neonatal yaitu setelah kelahiran; orang yang system kekebalannya lemah karena perawatan dengan corticosteroid (salah satu jenis hormon), obat-obat anti kanker, graft suppression therapy (perawatan setelah pencangkokan bagian tubuh, dengan obat-obat yang menekan sistem kekebalan tubuh); orang dengan HIV-AIDS (ODHA); pasien kanker, terutama pasien leukemia; serta beberapa dilaporkan meskipun jarang pada pasien penderita diabetes, pengecilan hati (cirrhotic), asma, dan radang kronis pada usus besar (ulcerative colitis); orang-orang tua (status imun mulai menurun); beberapa laporan menunjukkan bahwa orang normal yang sehat juga dapat menjadi rentan, walaupun penggunaan antasida atau cimetidine mungkin berpengaruh.
“Kasus listeriosis yang pernah terjadi di Swiss, yang melibatkan keju, menunjukkan bahwa orang sehat dapat terserang penyakit ini, terutama bila makanan terkontaminasi organisme ini dalam jumlah besar”, imbuh dr. Subuh.(*)
Baca Juga: Sudah Sejauh Ini Kesiapan Faskes Hadapi Puncak Gelombang Subvarian Omicron pada Juli 2022
Source | : | UGM-listeria,Kemenkes-Listeria,Suara-listeria |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar