Pasalnya, Pusat Pencegahan dan Penularan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menemukan adanya gejala cacar monyet yang tidak biasa.
Virus monkeypox sama dengan virus yang menyebabkan cacar. Pada awal infeksi, seseorang biasanya akan demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, hingga kelelahan.
Baru setelah itu, muncul ruam yang sangat khas. Awalnya berupa bercak yang berubah warna, timbul benjolan, melepuh, dan akhirnya mirip seperti jerawat besar dengan nanah di dalamnya.
Nantinya, lenting tersebut akan kering dan rontok dengan sendirinya. Ruam cacar monyet umumnya muncul di wajah dan rongga mulut, lalu menyebar ke bagian tubuh lain.
Akan tetapi, gejala yang muncul pada pasien di Amerika Serikat lebih mirip penyakit infeksi menular seksual (IMS).
Ruam terlihat di organ intim dan anus, serta di lapisan dinding mulut. Pada pasien yang lain, ruam menyebabkan anus dan rektum nyeri, pendarahan dubur, peradangan lapisan dubur, dan sensasi ingin buang air besar (BAB) saat perut kosong.
Baca Juga: Cacar Monyet Lebih Mudah Menular, Lewat Handuk dan Tempat Tidur
Gejala-gejala tersebut tidak sama dengan tanda infeksi cacar monyet yang selama ini diketahui.
Gejala cacar monyet tak biasa juga ditemukan di negara-negara lain, di luar Amerika Serikat.
"Sekarang jelas bahwa ada situasi yang tidak biasa, yang berarti bahkan virus berperilaku tidak biasa dari bagaimana yang selama ini diketahui," kata Direktur Jenderal Umum WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Live Science, Rabu (6/7/2022).
Orang yang mengalami gejala monkeypox, perlu segera menghubungi fasilitas kesehatan.
Apalagi jika sebelumnya baru melakukan perjalanan dari negara-negara dengan infeksi tertinggi.
Juga melakukan kontak dengan orang yang sudah dikonfirmasi terinfeksi atau baru menjalani tes.
"Setiap orang, dapat tertular dan menyebarkan cacar monyet. Namun, dalam wabah ini, banyak kasus di antara pria gay, biseksual, atau pria lain yang berhubungan seks dengan pria," kata CDC. (*)
Baca Juga: Ada 5 Fase Infeksi Cacar Monyet pada Manusia, Diulas Lengkap di GridHEALTH Dialogue
Source | : | Live Science,Firstpost |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar