GridHEALTH.id - Dalam beberapa kasus tertentu, operasi caesar dapat menimbulkan komplikasi, salah satunya adalah komplikasi emboli air ketuban.
Dunia maya sempat dihebohkan dengan unggahan seorang pria bernama Afrianto yang menceritakan kisahnya kehilangan istri, bernama Happy Damanik setelah operasi caesar dan koma selama 14 hari.
Afrianto mengatakan, istrinya mengalami komplikasi emboli air ketuban, lalu seperti apa sebenarnya komplikasi ini, inilah ulasan mengenai komplikasi emboli air ketuban.
Emboli air ketuban merupakan kejadian yang jarang terjadi, namun menjadi salah satu penyebab penting dari kematian akibat persalinan pada ibu hamil dan kematian janin, terutama di negara-negara berkembang.
Komplikasi emboli air ketuban adalah peristiwa masuknya air ketuban yang mengandung sel-sel janin dan material debris lainnya masuk ke dalam pembuluh darah yang terbuka, sehingga ibu hamil mengalami syok sirkulasi hingga kolaps.
Syok sirkulasi yang dimaksud adalah adanya penurunan tekanan darah sehingga fungsi tubuh tidak stabil.
Biasanya terjadi pada saat kehamilan dan persalinan, atau sesaat setelah melahirkan.
Komplikasi ini cukup sulit dikenali dan didiagnosis, serta lebih berisiko pada proses operasi caesar, dibandingkan proses melahirkan pervaginam.
Gambaran klinis yang mungkin dialami oleh ibu hamil adalah sesak yang tiba-tiba, gagal napas, dan hipotensi yang diikuti oleh kolaps kardiovaskuler, DIC (gangguan pembekuan darah), dan kematian.
Pengobatan terkait komplikasi emboli air ketuban masih berupa terapi suportif bukan kausatif, dan berfokus pada stabilisasi sistem jantung dan paru secara cepat.
Tujuan dari terapi ini adalah mencegah terjadinya hipoksia (kondisi kurangnya oksigen dalam sel dan jaringan tubuh) tambahan pada organ lain dan kegagalan organ.
Oleh karena itu, pengenalan dini kemungkinan adanya emboli air ketuban sangat penting untuk meningkatkan angka harapan hidup ibu hamil (maternal) dan janin.
Untuk deteksi dini, biasanya dilakukan otopsi dengan melihat ada atau tidaknya sel-sel janin atau komponen air ketuban pada pembuluh darah paru ibu hamil, dengan melewati pemeriksaan laboratorium selama beberapa kali untuk menentukannya.
Karena tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik dan khusus untuk menentukan terjadinya komplikasi emboli air ketuban.
Alat bantu penambahan oksigen juga diperlukan untuk membantu stabilisasi organ jantung dan paru pada ibu hamil saat terjadinya komplikasi emboli air ketuban.
Itulah beberapa hal yang perlu diketahui mengenai komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan janin, salah satunya emboli air ketuban.
Diharapkan dengan pengetahuan dasar ini, bisa meningkatkan kesadaran para orang tua untuk lebih berkonsultasi secara mendetail tentang kemungkinan komplikasi yang dialami kepada dokter yang menangani.
Belajar dari kasus Happy Damanik, maka diharapkan ibu hamil di Indonesia lebih memahami apa saja yang harus dilakukan.(*)
Baca Juga: 12 Alasan Kenapa Ibu Hamil Harus Melahirkan Secara Caesar, Jangan Kaget
Source | : | Jurnal "Diagnosis dan Tatalaksana Emboli Air Ketuban" oleh D |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar