GridHEALTH.id - Ketahuilah, di Indonesia, angka kejadian hipertensi pada lima tahun terakhir mencapai angka 31,7% dan pada tahun 2013 menurun menjadi 25.8% dan banyak diderita
pada usia dewasa diatas 20 tahun (Riskesdas, 2013).
Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease, karena penderita biasanya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi, sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Padahal hipertensi alias tekanan darah tinggi merupakan suatu suatu faktor resiko yang dapat mengarah pada terjadinya komplikasi kardiovaskular.
Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik.
Karenanya kita harus tahu, hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Menurut World Health Organizations (WHO) batasan normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg, sedangkan seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg.
Penting diingat, tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi).
Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (WHO, 2013).
Mengatasi hipertensi tidak ada cara lain, selain terapi obat.
Baca Juga: Pilihan Pengobatan untuk Mereka yang Sakit Psikis dan Mental
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan manfaat dan resiko.
Keamanan pemakaian obat antihipertensi perlu diperhatikan.
Meminimalkan resiko pengobatan dengan meminimalkan masalah ketidakamanan pemberian obat.
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan resiko minimal.
Mekanisme pengamanannya berupa pemantauan efektivitas dan efek samping obat.
Adapun obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan oleh dokter untuk penderita hipertensi digunakan di Puskesmas adalah Amlodipin, Kaptopril dan hidroklorotiazid (HCT) dan paling banyak diberikan dengan dosis tunggal.
Padahal tidak hanya itu obat anti hipertensi.
Lebih jelasnya, berikut jenis golongan obat hipertensi
Dalam proses penyembuhan hipertensi, ada beragam golongan obat yang bisa digunakan.
Baca Juga: Lindungi Anak dari Pencabulan, Pendidik Harusnya Menjadi Pelindung
Namun perlu diperhatikan bahwa obat hipertensi dengan beragam jenis memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, golongan obat yang biasa dikonsumsi oleh satu orang akan berbeda dengan orang lain.
Beberapa jenis golongan obat yang digunakan dalam proses penyembuhan hipertensi antara lain:
1. Diuretik
Obat hipertensi golongan diuretik merupakan golongan obat pertama yang banyak digunakan untuk menangani penyakit hipertensi.
Mekanisme diuretik untuk mengatasi hipertensi yaitu dengan menekan reabsorpsi natrium pada tubulus ginjal sehingga ekskresi natrium dan air dapat ditingkatkan. Contoh obat hipertensi dari golongan diuretik antara lain Triamterene (Dyazide dan Maxzide) atau Spironolactone (Aldactone).
2. Penghambat Reseptor Beta Adrenergik
Golongan obat jenis ini bekerja dengan cara menghambat reseptor beta adrenergik sehingga pelepasan renin dapat dihambat.
Contoh obat dari golongan penghambat reseptor beta adrenergik antara lain acebutolol, metoprolol, atau atenolol (Tenormin).
3. Penghambat Renin
Obat hipertensi penghambat renin bekerja dengan cara memecah angiotensinogen menjadi angiotensin.
Golongan ini termasuk kedalam obat hipertensi jenis baru. Contoh obat dari golongan penghambat renin antara lain Aliskiren.
4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARBs)
Penghambat reseptor angiotensin II bekerja dengan cara menghambat reseptor angiotensin II sehingga menimbulkan efek vasodilatasi, penurunan aktivitas saraf simpatik, dan penurunan aldosterone.
Contoh obat dari golongan penghambat reseptor angiotensin II antara lain candesartan (Atacand), valsartan (Diovan) atau losartan (Cozaar).
5. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
Golongan ACE bekerja dengan cara menghambat enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin sendiri merupakan zat yang dapat memicu peningkatan tekanan darah. Contoh obat dari golongan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) antara lain lisinopril (Zestril dan Prinivil), Captopril, dan Benazepril (Lotensin).
6. Penghambat Saluran Kalsium
Baca Juga: Mengidap Penyakit Langka, Brad Pitt Tak Bisa Kenali Wajah Orang
Golongan obat ini bekerja dengan cara merelaksasi kerja otot dan jantung sehingga ion kalsium yang masuk kedalam intrasel dapat dihambat. Contoh obat dari golongan penghambat saluran kalsium antara lain Verapamil, Amlodipine, Diltiazem, dan Felodipine.
7. Penghambat Simpatik
Obat hipertensi penghambat simpatik bekerja dengan cara menghambat pelepasan norepinefrin sehingga saraf simpatik dapat terstimulasi dengan baik.
Contoh obat dari golongan penghambat simpatik antara lain Terazosin, Tamsulosin, dan Prazosin.
8. Antagonist Aldosterone
Golongan obat antagonis aldosterone bekerja dengan cara menahan retensi natrium.
Namun golongan obat ini dapat memberikan efek samping antara lain gagal ginjal.
Contoh obat dari golongan antagonis aldosterone antara lain Spironolactone dan Eplerenone (Inspra).
9. Antagonis Reseptor Adrenergik
Baca Juga: 5 Cara Rasa Sakit Emosional Lebih Buruk Dari Rasa Sakit Fisik
Mekanisme kerja obat hipertensi golongan antagonis reseptor adrenergik yaitu menghambat adrenergik sehingga menghambat pelepasan katekolamin.
Selain itu, golongan obat ini dapat menurunkan resistensi perifer yang dapat memperlambat laju jantung.
Contoh obat dari golongan antagonis reseptor adrenergik antara lain Labetalol dan Carvedilol.
10. Vasodilator Arteriolar
Obat golongan vasodilator arteriolar bekerja dengan cara merelaksasi otot polos arteriolar sehingga peningkatan laju jantung dan pelepasan renin dapat ditingkatkan.
Contoh obat hipertensi dari golongan vasodilator arteriolar antara lain Hidralazin, Minoxidil dan Nitroprussid.
11. Central Agonist
Golongan obat jenis ini bekerja dengan cara menghentikan sinyal yang mempersempit pembuluh darah dan mempercepat kerja jantung.
Contoh obat hipertensi dari golongan ini antara lain Methyldopa, Guanfacine, dan Clonidine.
Baca Juga: Alami Perdarahan karena Deviasi Septum, Thalia Putri Onsu Dilarikan ke Rumah Sakit
Cara Memilih Obat Hipertensi dan Peringatan Penggunaanya
Pemilihan jenis obat hipertensi selalu menggunakan saran dari dokter.
Jika hipertensi berada pada tingkat 1, maka obat yang disarankan masih menggunakan satu jenis obat.
Namun jika kondisi hipertensi masih belum membuahkan hasil yang maksimal, maka dokter baru akan menyarankan dua jenis obat yang dikombinasikan.(*)
Baca Juga: Inilah 4 Risiko Menikah Beda Usia Seperti Sule dan Nathalie Holscher
Source | : | Lifepack-hipertensi,Journal Ubaya-hipertensi |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar