GridHEALTH.id - WHO baru saja mengeluarkan pedoman terbaru terkait penggunaan suntikan Long-Acting Cabotegravir (CAB-LA) sebagai salah satu rekomendasi pencegahan HIV tambahan yang dapat ditawarkan untuk seseorang yang berisiko besar terinfeksi HIV.
Pedoman terkait pelaksanaan CAB-LA sebagai obat pencegahan HIV dirilis menjelang Konferensi AIDS Internasional ke-24 (AIDS 2022), yang secara resmi dimulai per hari ini (29/07/2022).
Dengan adanya pedoman ini, WHO berharap dapat memberikan panduan pelaksanaan untuk mendukung negara, pembuat kebijakan, petugas kesehatan, masyarakat, dan pemangku kebijakan lainnya dalam pelaksanaan proyek CAB-LA, juga menjadi tambahan dan informasi penting mengenai penelitian terhadap CAB-LA.
CAB-LA yang direkomendasikan WHO merupakan jenis injeksi profilaksis pra pajanan (PrPP) yang telah terbukti sangat efektif mengurangi risiko penularan HIV.
Cara penggunaan CAB-LA ini adalah memberikan 2 suntikan pertama dengan interval 4 minggu, lalu dilanjutkan dengan suntikan setiap 8 minggu, melalui cara penggunaan seperti ini peneliti menemukan cara ini lebih disukai.
Hasil dari penggunaan CAB-LA ini menunjukkan angka yang baik, dibuktikan adanya penurunan relatif 79% pada risiko HIV dibandingkan dengan PrPP oral, yang seringkali menemui tantangan karena tingkat efektivitas penggunaan PrPP oral sangat bergantung pada kepatuhan pengguna minum obat oral itu setiap hari.
Penggunaan CAB-LA sebagai obat pencegahan HIV telah disetujui oleh Amerika Serikat dan disusul oleh Inggris, sebagai pendekatan komperhensif dalam mencegah penyebaran virus dari HIV ini.
CAB-LA sendiri hingga saat ini masih dijadikan sebagai bahan penelitian dan belum dijual bebas dipasaran, seperti yang disampaikan oleh Direktur Program Global HIV, Hepatitis, dan Infeksi Menular Seksual WHO, Meg Doherty dalam pernyataan tertulisnya di laman resmi WHO pada Kamis (28/07/2022).
"Long-Acting Cabotegravir adalah alat pencegahan HIV yang aman dan sangat efektif, tetapi belum tersedia di luar rangkaian penelitian,"kata Meg Doherty.
Baca Juga: Obat HIV Ini Bisa Menjadi Pengobatan Potensial Untuk Demensia, Studi
HIV masih menjadi salah satu penyakit yang terus diteliti dan ditargetkan untuk dapat tereliminasi bersama dengan hepatitis dan TBC, oleh karena itu, berbagai langkah penelitian masih terus dilakukan oleh WHO dan dunia.
Data dari WHO menyebutkan, tahun 2020 dan 2021, infeksi baru HIV bertambah sebanyak 1,5 juta kasus per tahunnya, bahkan terhitung 4.000 infeksi baru terjadi setiap harinya di sepanjang tahun 2021.
Melihat jumlah kasus baru terinfeksi HIV tentu dibutuhkan langkah cepat dan tepat untuk mengatasinya, "Kami berharap pedoman baru ini akan membantu mempercepat upaya negara untuk mulai merencanakan dan memberikan CAB-LA bersama dengan pilihan pencegahan HIV lainnya, termasuk PrPP oral dan cincin vagina dapivirine," lanjut Meg Doherty dalam menyampaikan harapan dari WHO.
Menanggapi inovasi-inovasi terbaru dari berbagai penemuan dan penelitian yang digunakan dalam mencari pengobatan dan pencegahan terbaik untuk HIV, Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K), Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI menyambut baik semua inovasi terkait penemuan terbaru.
"Ilmu pengetahuan itu terus berkembang, saya kira semua ilmuwan, semua negara itu tentu ingin menemukan sesuatu yang baru, yang mempercepat kesembuhan penyakit dan mempermudah sesuatu penyakit menjadi sembuh," kata Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K) saat dihubungi oleh tim GridHEALTH.id beberapa waktu lalu.
Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K) juga menambahkan, "Apapun upaya itu, kami dari komunitas dokter sangat mendukung, asalkan (upaya itu) memang terbukti baik."
Menurutnya, sesuatu yang baik bahkan bisa ditiru oleh peneliti-peneliti lainnya untuk sama-sama mengembangkan hingga menemukan sesuatu yang baru, termasuk peneliti di Indonesia.
"Saya kira kalau sesuatu yang baik, kita bisa tiru, bahkan Indonesia pun saya kira bisa melakukan riset-riset yang sama untuk mencari cara atau strategi atau membuat sesuatu inovasi untuk perbaikan suatu penyakit atau proses penyembuhan suatu penyakit," tambah Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K).
WHO sendiri dalam pedomannya yang terbaru mengenai CAB-LA untuk mencegah HIV, mengakui telah didasarkan pada pendekatan kesehatan masyarakat yang mempertimbangkan efektivitas, penerimaan, kelayakan, dan kebutuhan sumber daya di berbagai rangkaian.
Baca Juga: Buah Merah Dari Papua Memperkuat Sistem Imunitas Penyandang HIV/AIDS
Source | : | WHO,Wawancara dr. Erlina Burhan |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar