GridHEALTH.id - Seperti yang kita tahu, Jawa Barat menjadi provibisi yang sedang disorot prihal tingginya angka infeksi HIV AIDS.
Khususnya di kota Bandung, menurut laporan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung, Jawa Barat, mencatat kasus penularan HIV-AIDS 5.943 di antaranya merupakan warga Kota Bandung.
"Paling banyak itu usia 20-29 tahun, persentasenya 44.84 persen, usia produktif banget," kata Ketua Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi, Selasa (23/8), dikutip dari detik CNNIndonesia (23/08/2022).
Dilaporkan pula oleh KPA Kota Bandung, Jabar, ada ratusan ibu rumah tangga (IRT) di Kota Bandung terjangkit HIV AIDS.
Berdasarkan data KPA Kota Bandung,dari 5.943 pengidap HIV AIDS ber KTP Kota Bandung yang tercatat sejak Desember 2021, 664 di antaranya adalah Ibu Rumah Tangga (IRT).
Baca Juga: 3 Titik Pijat Hilangkan Vertigo, Pijat Bagian Tubuh Ini Hanya 1 Menit
Mereka tertular dari para suaminya yang diduga melakukan hubungan seks dengan perempuan lain tanpa pengaman.
"11.18 persen (664 IRT) tertular dari pasangannya, akibat hubungan hetro seksual," kata Silvia via sambungan telepon, Selasa (23/8/2022), dikutip dari DetikJabar (23/08/2022).
Melihat fenomena banyaknya IRT tertular HIV/AIDS, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengungkap salah satu solusi agar suami tidak 'jajan sembarangan'.
Jika suami tidak cukup dengan satu pasangan, agama Islam, menurut Wagub Jabar, mengizinkan suami berpoligami, dengan syarat dan sejumlah catatan besar, seperti harus mampu, adil, dan bijaksana.
"Daripada seolah-olah dia (suami) tidak suka begitu, tapi akhirnya kena (HIV/AIDS) ke istrinya sendiri, toh agama juga memberikan lampu hijau. Asalkan siap adil, kenapa tidak? Makanya daripada ibu kena (HIV/AIDS), sementara ketahuan suami seperti itu, mendingan diberi keleluasaan untuk poligami," ucap UU, seperti dilansir detikJabar, Selasa (30/8/2022).
Baca Juga: Aneka Pilihan Makanan Bayi Saat Diare, Lembut Namun Penuh Gizi
Source | : | Detik-hiv,RMOLJabar-hiv |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar