GridHEALTH.id - Enam September menjadi peringatan Hari Buta Warna.
Tujuan dirayakan karena tidak semua orang menyadari dirinya adalah seorang buta warna.
Mari mengenali bagaimana sebenarnya buta warna, yang menjadi penyebab, jenis-jenis, pengobatan, dan pencegahannya.
Sejarah Hari Buta Warna
John Dalton, menjadi ilmuwan pertama yang mengenali dan menyadari adanya buta warna, buta warna pun menjadi dikenal juga dengan sebutan Daltonisme.
Dalton menyadari ia dan saudara kandungnya melihat warna dengan cara berbeda seperti orang lain.
Oleh karena itu, mata Dalton pun menjadi penelitian dan 150 tahun kemudian ditemukan bahwa DNA Dalton membuktikan dirinya mewarisi buta warna.
Hari Buta Warna pun dirayakan mengikuti tanggal kelahiran Dalton, 6 September.
Hari Buta Warna mulai dirayakan sejak tahun 2015 hingga saat ini dan menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran bagi orang yang menderita buta warna.
Buta Warna
Buta warna adalah penyakit yang bisa dialami oleh semua orang, tetapi umumnya terjadi pada pria karena pengaruh dari gen.
Data menyebutkan setiap satu dari 12 pria dan satu dari 200 wanita adalah penderita buta warna.
Kesadaran mengenai buta warna masih tergolong rendah, karena banyak dari penderita buta warna tidak menyadari caranya melihat berbeda dengan orang umumnya, atau tidak jarang kondisi ini disembunyikan oleh anak-anak.
Terlalu terbiasa dengan caranya melihat warna, membuat penderita buta warna sulit untuk menyadari.
Secara sederhana buta warna dapat diartikan sebagai orang yang melihat warna berbeda dengan kebanyakan orang.
Bukan berarti orang buta warna tidak bisa melihat warna sama sekali, namun warna yang dilihatnya sangat tidak umum.
Sebagian besar penderita buta warna juga tidak memiliki gangguan pada aktivitas sehari-hari.
Penyebab dan Gejala Buta Warna
Umumnya buta warna diturunkan secara genetik (riwayat keluarga), tetapi ada juga penyebab lainnya yang memungkinkan seseorang mengalami buta warna.
Penyebab lainnya seperti penyandang diabetes, Alzheimer, multiple sclerosis (MS), penyakit mata seperti glukoma atau degenerasi makula terkait usia (AMD), dan efek obat-obat tertentu.
Buta warna juga bisa terjadi karena kerusakan pada mata atau otak, termasuk efek penuaan.
Beberapa gejala yang dialami oleh penderita buta warna adalah sulit membedakan warna dan ada nuansa warna yang berbeda, atau warna terlihat cerah.
Baca Juga: Dikenal Sebagai Salah Satu Virus Paling Pintar, Begini Cara Kerja Virus HIV Merusak Tubuh
Dalam kasus buta warna yang berat, gejala lain yang dialami adalah gerakan mata cepat dari sisi ke sisi lainnya (nystagmus) dan kepekaan terhadap cahaya.
Jenis-jenis Buta Warna
Ada berbagai jenis seseorang sulit membedakan warna satu dengan warna lainnya, paling banyak kasusnya adalah seorang penderita buta warna sulit untuk membedakan warna merah dan hijau.
Umumnya seorang penderita buta warna akan digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
- Buta Warna Merah-Hijau, beberapa kondisinya disebut deuteranomaly, protanomaly, protanopia, deuteranopia yang terjadi karena fotopigmen di sel sensitif panjang gelombang (kerucut) merah atau hijau tidak berfungsi baik.
- Buta Warna Biru-Kuning, ada dua kondisi yaitu tritanomaly dan tritanopia yang sama terjadinya karena sel kerucut pada warna bitu hilang atau tidak berfungsi.
- Buta Warna Total (Monokromasi), artinya orang tidak melihat warna sama sekali dan hanya 10% yang bisa melihat warna sebatas warna putih, hitam, dan abu-abu, ada dua jenis dari monokromasi yaitu monokromasi kerucut dan batang.
Pengobatan Buta Warna
Tidak ada pengobatan untuk orang buta warna, namun menggunakan kacamata khusus bisa membantunya dalam melihat warna.
Kecuali jika buta warna disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya, maka dokter akan megobati masalah kesehatan tersebut.
Buta warna juga sebagian besar tidak menyebabkan masalah serius, namun untuk beberapa profesi mungkin menjadi kendala. (*)
Baca Juga: Kemenkes: Penyakit Legionnaires Berisiko KLB, Ini Cara Penularannya?
Source | : | nei.nih.gov,Colourblindawareness.org,Tacbis.eu |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar