Dalam penelitiannya, para peneliti mengumpulkan dari 48 studi genetik yang mencakup sekitar 17.000 orang dengan stroke dan hampir 600.000 kontrol non-stroke.
Seluruh peserta yang terlibat dalam studi ini, berada di rentang usia 18 hingga 59 tahun.
Dari hasil genom, orang bergolongan darah A memiliki kemungkinan 16 persen lebih tinggi terkena stroke, dibandingkan yang lainnya.
Sementara untuk kelompok golongan darah O1, risikonya lebih rendah 12 persen dari golongan darah A.
Sedangkan untuk orang dari kelompok golongan darah B, mempunyai kemungkinan terkena stroke sebesar 11 persen dibandingkan dengan kontrol non-stroke tanpa memandang usia mereka.
“Kami masih tidak tahu mengapa golongan darah A memberikan risiko yang lebih tinggi,” kata peneliti dan ahli saraf vascular Steven Kittner dari University of Maryland, dikutip dari Science Alert, Kamis (8/9/2022).
“Tapi itu kemungkinan ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah serta protein sirkulasi lainnya, yang semuanya berperan dalam perkembangan pembekuan darah,” sambungnya.
Karena penelitian ini terbatas dilakukan pada orang-orang dari Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan.
Terutama dengan sampel dari berbagai negara-negara lain, dengan tujuan untuk memperjelas hasilnya.
“Kami jelas membutuhkan lebih banyak studi lanjutan untuk mengklarifikasi mekanisme peningkatan risiko stroke,” pungkasnya.
Sebagian besar kasus stroke bisa dicegah meskipun mempunyai risiko tinggi, misalnya dengan terbiasa mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, tidak merokok, berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, hingga menangani masalah kesehatan yang mendasari. (*)
Baca Juga: Penting Diketahui! Segini Kadar Kolesterol Normal Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Source | : | Science Alert,nhlbi.nih.gov |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar