“Kita bisa melihat garis finish, kita dalam posisi menang. Tapi sekarang adalah waktu terburuk untuk berhenti berlari,” kata Ghebreyesus.
“Saat ini waktunya untuk lari lebih kuat dan memastikan kita bisa melewati garis (finish), serta menuai hasil dari semua kerja keras kita,” tambahnya.
Lebih lanjut ia menagatakan untuk mengambil kesempatan ini, agar tidak lagi menghadapi risiko munculnya varian-varian lain dan kembali pada fase ketidakpastian.
Protokol kesehatan tak boleh lengah
Dokter Spesialis Pulmonologi dan Pengobatan Pernapasan, Dr. dr. Erlina Burhan, MSc., Sp.P(K), mengingatkan agar masyarakat juga tetap tidak boleh lengah karena Covid-19 tidak terduga.
“Tahun lalu sekitar akhir-akhir tahun, kita merasa akan segera berakhir, sudah mulai turun. Saya ingat jumlah kasus harian di bawah 300, tiba-tiba muncul (varian Covid-19) Omicron. Januari naik lagi, bahkan puncaknya melebihi Delta,” jelasnya dalam Media Briefing Pentingnya Vaksinasi Booster, Kamis (15/9/2022).
“Kalau Delta hanya 40 ribuan puncak kasus, Omicron 70 ribuan. Alhamdulillah sekarang walaupun ada varian baru, tetapi tidak ada puncak,” sambungnya.
Kehati-hatian diperlukan dalam menghadapi Covid-19. Jangan sampai, kabar baik dari WHO ini disambut dengan eforia berlebih hingga mengabaikan protokol kesehatan.
WHO juga mengeluarkan panduan yang diberikan kepada seluruh stakeholder agar bisa segera mencapai akhir pandemi Covid-19.
Aturan tersebut di antaranya terus dilakukan testing, menjalankan program vaksinasi baik primer maupun booster, memberikan pelayanan terbaik saat mengelola penyakit, mempertahankan langkah pengendalian, hingga mencegah penyebaran informasi yang salah.
Jadi, meskipun WHO sudah mengatakan bahwa akhir dari pandemi Covid-19 sudah di depan mata, tapi kita juga tetap tidak boleh lengah dan mengabaikan protokol kesehatan agar hal tersebut bisa benar-benar terwujud. (*)
Baca Juga: Fenomena Immunity Debt Setelah Program Vaksinasi Covid-19, Jangan Lengah
Source | : | The Guardian,media briefing |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar