GridHEALH.id - Untuk bisa terjadinya kehamilan, wanita dan pria wajib subur.
Jika keduanya tidak subur atau salah satunya tidak subur, maka kehamilan tidak akan terjadi.
Nah, kesuburan pada pria dan wanita ada puncaknya, dan ada masa turunnya.
Jadi memang sejalan bertambahnya usia, kesuburan pun akan berangsur-angsur menurun.
Sebaliknya, semakin bertambahnya usia seseorang dari anak ke dewasa, dia akan semamin subur.
Usia Subur Perempuan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), usia subur wanita adalah pada saat mereka berusia 14-49 tahun.
Sementara puncak masa subur dan kualitas telur terbaik wanita berada pada 20-30 tahun.
Biasanya, melansir Kompas.com (17/08/2020), pada usia subur wanita akan lebih mudah untuk hamil.
Karenanya mengapa dalam proses in vitro fertilization (IVF) atau dikenal juga dengan program bayi tabung, wanita yang lebih tua cenderung menghasilkan lebih sedikit sel telur yang layak untuk proses pembentukan janin.
Baca Juga: 7 Manfaat Berhubungan Intim Saat Hamil, Tak Perlu Takut Selama Perhatikan Posisi dan Pantangannya
Penurunan jumlah sel telur ini biasanya dimulai pada usia 32 tahun dan terjadi penurunan secara perlahan setelah usia 37 tahun.
Maka dari itu, National Health Service (NHS) menyatakan bahwa 35 adalah "usia kunci" mengenai batas kesuburan wanita.
Usia Subur Pria
Secara garis besar, usia tidak subur pada pria dikaitkan dengan tidak bisa lagi menghasilkan sperma dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Dengan terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas sperma, kehamilan pun bisa sulit terjadi.
Baca Juga: Tak Lagi Memiliki Empedu Sejak 2010, Ini Awal Kejadiannya Hingga Operasi
Ada banyak faktor yang dapat menurunkan kesuburan pria. Hal ini sulit dilihat secara kasat mata.
Klinik program hamil biasanya akan melakukan uji analisis sperma yang bertujuan untuk memeriksa jumlah, bentuk, dan pergerakan sperma saat pengeluaran sperma.
Tapi kesuburan pria secara alamiahnya, sama seperti wanita.
Usia subur pria tergantung usia.
Karenanya puncak kesuburan (fertilitas) pria juga sangat bervariasi atau beragam.
Baca Juga: Alami Nyeri Pinggang Akibat Otot Tegang? Coba Lakukan 8 Gerakan Terapi Ini
Beberapa penelitian mengungkap kondisi sperma terbaik pada pria berada di rentang usia 30-35 tahun.
Tapi, ada ahli yang mengungkap bahwa usia tidak subur pria berada di rentang usia 40 tahunan.
Di atas usia 4, pria mulai mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sperma, sehingga sperma yang dihasilkan tidak sebagus di usia sebelum 40.
Kepala Petugas Ilmiah Care Fertility, dr Alison Campbell, melansir Republika (2/05/2022), mencatat bahwa sepertiga dari semua sel telur memiliki kelainan kromosom pada saat perempuan berusia 40 tahun. Hal itu membuat telur tidak dapat membentuk kehamilan yang layak.
Di sisi lain, kondisi kesuburan pada pria juga sama. Kesuburan pria mulai menurun pada usia 40.
Baca Juga: Redakan Batuk Pada Anak dengan Melakukan Titik Pijat Berikut
"Fungsi testis dan parameter sperma memburuk," kata Campbell, seperti dikutip dari Express.co.uk, Ahad (1/5/2022).
Anggapan bahwa laki-laki dapat membuat pasangannya melahirkan bayi sehat hingga masa pensiun adalah hal yang keliru. Data dari lebih dari 40 juta kelahiran menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ayah berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami hasil kelahiran merugikan.
Penelitian dari Stanford University School of Medicine, California, menyoroti bahwa anak-anak ini lebih mungkin dilahirkan dengan berat badan lahir rendah, mengalami kejang, dan membutuhkan ventilasi langsung setelah lahir.
Selain itu, usia pria tua, lebih mungkin memiliki bayi prematur dan perlu dirawat di unit intensif neonatal.
Data menunjukkan bahwa mulai dari usia 35 tahun, seorang pria mengalami rata-rata dua mutasi baru dalam DNA spermanya.
Peneliti Michael Eisenberg, seorang profesor urologi, menambahkan hal yang benar-benar mengejutkan adalah tampaknya ada hubungan antara ayah lanjut usia dan kemungkinan ibu terkena diabetes selama kehamilan.(*)
Baca Juga: Redakan Batuk Pada Anak dengan Melakukan Titik Pijat Berikut
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar