GridHEALTH.id - Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari tengah menjadi sorotan, mengingat ditemukannya berbagai dampak negatif penggunaan plastik terhadap alam dan kesehatan manusia.
Tren terbaru pun muncul seiring kondisi ini, berbagai gerakan untuk meminimalkan penggunaan plastik sudah banyak digaungkan.
Berbagai aturan terkait penggunaan plastik semakin diperketat dan dibuat untuk mendukung pengurangan sampah plastik di alam.
Dikutip dari The Daily Star (20/03/2022) ditemukan sebuah fenomena di mana makanan laut Bangladesh mengandung banyak mikroplastik di dalamnya.
Dengan ditemukannya fakta ini, masyarakat kembali diingatkan untuk berhati-hati dan diminta untuk dapat memulai langkah baik bagi keseimbangan alam ke depannya.
Penemuan Mikroplastik pada Makanan Laut
Studi terbaru pada udang Teluk Benggala mengungkapkan bahwa mikroplastik terdapat pada tingkat sangat tinggi di makanan laut Bangladesh.
Penelitian ini menunjukkan, dari 450 sampel yang diperiksa, 92% mengandung 60-155 potongan sampah plastik di dalam tubuh hewan laut, padahal jumlah idealnya adalah nol.
Dalam spesimen ditemukan banyak kandungan polipropilen dan polietilen, sebagai bahan yang digunakan untuk membuat kantong plastik, botol plastik, dan bahan kemasan lainnya.
Bahaya Mikroplastik Bagi Kesehatan
Dikatakan bahwa mikroplastik hasil dari sampah plastik ini adalah masalah makro bagi kesehatan manusia.
Baca Juga: Limbah Plastik Indonesia Mengkhawatirkan, Gaya Hidup Tukar Botol Jadi Solusi
Hal ini dikarenakan mikroplastik yang terdapat di dalam darah akan terus ada di tubuh manusia.
Mikroplastik sendiri adalah pecahan kecil dari plastik berukuran kurang dari lima milimeter, bahkan ada yang lebih kecil dari butiran pasir.
Partikel-partikel ini menimbulkan bahaya besar bagi kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada manusia, mulai dari kerusakan DNA dan kanker.
Penelitian masih terus dilakukan untuk melihat pengaruh sampah plastik yang sudah berupa mikroplastik bagi kesehatan, namun penelitian terbaru menunjukkan mikroplastik dapat menyebabkan:
- Peradangan
- Modifikasi DNA
- Kerusakan sel
- Kematian sel
Terlebih dengan ukuran sampah plastik yang semakin kecil, maka akan semakin memudahkan untuk masuk menyusup ke dalam sel dan jaringan tubuh.
Selain itu, sebagian besar pecahan sampah plastik yang masuk bersama makanan saat dikonsumsi, mengandung zat karsinogenik (pemicu kanker).
Ditambah dengan kemampuan dari sampah plastik ini dalam menyerap bahan berbahaya, seperti logam berat, kimia sintetis, pestisida yang tentu berbahaya bagi kesehatan manusia.
Baca Juga: Juni Hari Isi Ulang Sedunia, Greenpeace Kampanyekan Pemakaian Guna Ulang
Faktanya, plankton sebagai makhluk hidup terkecil pun dapat memakan mikroplastik, yang nantinya plankton akan dimakan oleh makhluk hidup lebih besar, dan seterusnya hingga berujung pada manusia.
Sehingga sampah plastik pun dapat merusak rantai makanan dengan kandungannya yang selalu terbawa.
Aturan Penggunaan Plastik
Adanya kemungkinan keadaan darurat kesehatan masyarakat di masa depan akibat dari sampah plastik membuat penggunaannya harus dipertimbangkan dengan baik.
Pada tahun 2002, Bangladesh sendiri menjadi negara pertama di dunia yang melarang penggunaan kantong plastik melalui amandemen UU Pelestarian Lingkungan Tahun 1995.
Namun larangan ini gagal diterapkan dan dihentikan pembuatannya karena kurangnya penegakan hukum, dari sini dapat terlihat penyelesaian masalah ini memerlukan dukungan semua pihak.
Banyak pakar dan aktivis yang kembali menggencarkan untuk memikirkan kembali penggunaan plastik.
Tidak hanya dalam pengelolaan limbah, tetapi juga siklus lengkap plastik, dari diproduksi hingga pembuangannya.
Diharapkan adanya kolaborasi dari berbagai sektor untuk membuat kebijakan efektif sehingga dapat mengurangi penggunaan dan sampah plastik.
Bahkan aturan terkait pelarangan kantong plastik saja sudah dirasa tidak cukup untuk menghadapi masalah sampah plastik bagi kesehatan.
Inilah tugas bersama terkait bahaya sampah plastik yang dapat membahayakan kesehatan manusia, jika bahan makanan manusia saja sudah dipenuhi oleh zat beracun. (*)
Baca Juga: Ubah Kebiasaan Dengan 11 Langkah Mudah Mengurangi Sampah Plastik
Source | : | The Daily Star,GridHEALTH |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar