Melihat hal itu dokter menyarnakan cek laboratorium tambahan hingga rekam jantung. Dokter saat itu menduga penyakit Kawasaki.
"Esok harinya dokter visit dan meminta agar dilakukan check lab tambahan, Rontgen dan Rekam jantung."
"Setelah hasil keluar, langsung dirujuk dan dilakukan perawatan intensif. Esoknya dihari sabtu pagi 10 September 2022, langsung ditangani dokter jantung anak di USG dan Echo Jantung, hasilnya positif "kawasaki Disease"," jelas Elsa.
Hanya saja dokter belum tahu apa penyebab sibalita terkena penyakit Kawasaki.
Tap untungnya, "Informasi dari dokter, penyakit ini bisa sembuh dengan penanganan yang baik. Belum diketahui penyebab pastinya karena apa," kata Elsa.
Baca Juga: Nyeri Dada Tanda Penyakit Jantung Koroner? Ini Jawabannya dari Dokter
Untuk obat, Elsa mengaku dokter memberikan penawaran obat yang berasal dari Eropa atau China.
Obat dari Eropa dengan harga kurang lebih Rp 60 juta, sementara obat dari China berkisar Rp 40 juta.
"Dokter memberikan penawaran obat yang diberikan. Tersedia obat buatan eropa dengan harga kurang lebih 60 juta, atau obat buatan cina dengan harga kurang lebih 42 juta," katanya.
Ia menjelaskan obat bisa diberikan jika sudah melakukan pembayaran uang muka sebesar 80 persen.
Setelah mendapat 14 vial obat, kondisi sang anak kian membaik.
"Anak saya dengan beratnya membutuhkan obat sebanyak 14 vial dengan harga per 1 vial sebesar 3 juta. Obat bisa diberikan jika sudah melakukan pembayaran uang muka sebesar 80 persen. Setelah melakukan pembayaran dan anak saya menerima tindakan pemberian obat tersebut kondisinya membaik," tuturya.
Semoga si kecil bisa membaik dan pulih kembali.(*)
Source | : | tribunnews,Gridhealth |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar