Tidak hanya di wajah, perawatan kecantikan ini juga banyak dilakukan di bagian tubuh lain, misalnya saja bokong.
Dokter Lis mengatakan, sebaiknya injeksi BoNT-A dilakukan ketika sudah memasuki usia 21 tahun.
“Kalo di Indonesia, usia 21 (tahun) baru dianggap dewasa. Jadi, kalau kita ada pasien umur di bawah 21, tidak bisa ada tindakan,” ujarnya.
Efek suntik botox usia muda
Berdasarkan sebuah studi riset yang dilakukan pada 2018 dan 2021, pasien yang menjalani suntik botox melaporkan telah mengalami penurunan kemanjuran.
Seperti yang diketahui, perawatan kecantikan ini efeknya hanya bersifat sementara dan dibutuhkan penyuntikan berulang untuk mempertahankannya.
Karena merupakan protein bakteri asing, injeksi yang berulang dapat menyebabkan terbentuknya antibodi, termasuk antibodi netrasilasi (NAbs) yang melawan aktivitas biologisnya.
Sehingga, membuat pasien mengalami imunoresistensi atau merasa efek yang didapat tidak sama bahkan ada yang sama sekali tidak merasakan perubahan.
Lantran kondisi ini, banyak pasien meminta dokter untuk meningkatkan dosis injeksi BoNT-A pada perawatan berikutnya dan biasanya jaraknya pun jadi semakin sedikit.
“Dosisnya itu jadi semakin besar, semakin besar. Tentunya akan ada riisko imunogenesis dan elbih banyak mereka terkekspos, risikonya maka akan lebih tinggi,” kata Dr Niamh Corduff, dokter bedah plastik asal Australia.
Meski risiko ini belum tentu dialami oleh semua orang, tapi penting untuk mengetahui risiko dampak panjang yang berkaitan dengan kesehatan tubuh dari peningkatan dosis, interval, dan frekuensi dalam melakukan perawatan injeksi BoNT-A atau suntik botox. (*)
Baca Juga: 6 Makanan Awet Muda, Membuat Kulit Kencang, Enak dan Nagih Banget
Source | : | liputan lapangan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar