Selama hidupnya sebelum jatuh sakit parah dan akhirnya meninggal dunia dengan diagnosis gangguan ginjal akut, bayinya itu hanya mengkonsumsi ASI dan makanan pendamping asi (MPASI) di bulan September.
MPASI nya yang instan yang sering dan banyak digunakan oleh orangtua lain untuk bayinya, pun hasil buatan sendiri.
Tapi entah mengapa pada 17 September 2022 lalu ET demam.
Diketahui juga air seni anaknya mulai sedikit. Saat itu kedua orangtunya hany aberpikiran karena produksi ASI ibu sedang tak terlalu banyak.
"Belum ada gejala kejang yang panjang. Jadi, kami anggap ini deman biasa tertular sama kakak-kakaknya," papar Yusuf.
Tapi sehari setelahnya, ET mulai kejang, meningkat pada 18 September 2022 lalu. Saatitu pun masih mau MPASI.
19 September 2022 kejang semakin panjang, MPASI tetap lahap.
Karena kondisi itu, Yusuf berkesimpulan bayinya dehidrasi. Karenanya dia memberikan susu formula (sufor) untuk pertama kali pada ET pada saat itu.
"Anak kami hanya mencret hari Senin jam 3 sore kali pertama dikasih sufor," kata dia.
Di hari yang sama, Yusuf membawa ET ke klinik di Sedayu.
Menurut petugas klinik, harus di bawa ke rumah skait. Jadi dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, karena jaraknya relatif dekat.
Di sana menurut dokter fungsi paru-paru ET menurun.
Lalu disarankan ke RSUP dr Sardjito,
Di sana PICU antre, ET dibawa ke PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Di sana ET dirawat di inkubator.
Lalu 20 September 2022 ET dibawa ke RSUP Dr Sardjito. Saat itu kondisi ET semakin menurun, dan ternyata sejumlah organ sudah menurun fungsinya.
"Anak saya paru dulu, tapi sisanya kena semua, liver, saraf, dan pastinya ginjal.
Dokter lumayan kooperatif saat menangani anak saya.
Dokternya ada dokter saraf, dokter organ dalam, dokter anak," kata Yusuf.
Menurut Yusuf saat itu tubuh mungil ET dipasang sejumlah alat bantu, dan sang anak sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia pada 25 September 2022.
Rumah sakit mendiagnosa penyakitnya adalah acute kidney injury (AKI) atau gagal ginjal akut.
Setelah ET meninggal, pihak rumah sakit mentracing penyakit keluarganya.
Tidak ada riwayat Covid-19, dan tidak mengkonsumsi sirup paracetamol.
Baca Juga: Orangtua Wajib Waspada, Kemenkes Catat Pasien Gagal Ginjal Akut Misterius yang Mencapai 206 Kasus
"Ibunya saja yang kalau dikaitkan parasetamolnya berupa tablet.
Itu pun juga sebelum tanggal 16 September.
Obat-obatan tidak pernah.
Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit ginjal dan sebagainya.
Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius," kata dia.(*)
Baca Juga: Tangani Gangguan Ginjal Akut Misterius, RSCM Pakai Obat dari Singapura
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bayi di Bantul Meninggal karena Gagal Ginjal Akut Misterius, Ini Cerita dari Sang Ayah"
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar