GridHEALTH.id - Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
Kemenkes juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
“Kemenkes mengimbau masyarakat untuk pengobatan anak, sementara waktu tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk cair/sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan,” tutur dr Syahril, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI.
“Sebagai alternatif dapat menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya,” katanya.
Perlunya kewaspadaan orang tua yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan jumlah air seni dan frekuensi buang air kecil dengan atau tanpa demam, diare, batuk pilek, mual dan muntah untuk segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keluarga pasien diminta membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya, dan menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada tenaga kesehatan.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa deteksi dini penting untuk mencegah gagal ginjal akut misterius pada anak.
Para orangtua dianjurkan memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan, apabila sang anak mengalami demam, mual, dan muntah yang tak kunjung sembuh.
"Kalau anak kita ada gejala mual, muntah, diare disertai demam ataupun batuk, pilek, segera bawa ke dokter," ujar Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama melalui live Instagram @dinkesdki, Selasa (18/10/2022).
Deteksi dini dengan mengenali gejala gagal ginjal akut misterius, lanjut Ngabila, menjadi kunci pencegahan penyakit yang belum diketahui penyebabnya itu.
"Kita harus cegah infeksi dari airborne, dari udara, dan perantara tangan kita. Yang terpenting pakai masker, jaga kebersihan tangan, cuci tangan pakai air mengalir dan sabun, jaga kebersihan lingkungan rumah kita," kata Ngabila.
Pada tahap tertentu, gagal ginjal bisa memerangkap racun di dalam tubuh sehingga pasien kemungkinan besar memerlukan hemodialisa atau cuci darah.
Baca Juga: Mencegah Hipertensi dengan Buah Sawo, Obat Alami yang Berkhasiat
Baca Juga: Healthy Move, Coba Yoga Kardio yang Lebih Banyak Membakar Kalori
"Kalau gangguan ginjalnya masih akut, cuci darahnya bisa 1-3 kali saja. Tapi ketika sudah kronis, harus cuci darah rutin setiap minggu," ucap Ngabila.
Sementara itu, Ngabila membeberkan, 40 persen anak dengan gangguan ginjal akut misterius mengalami gejala pencernaan, seperti diare, nyeri perut, dan muntah.
Source | : | Kompas.com,Sehat Negeriku |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar