Pernyataan serupa juga keluar dari mulut psikolog klinis Annelia Sari Sani yang juga turut hadir di acaranya yang sama.
Ia mengatakan, menjadi teman curhat orang yang sedang mengalami masalah kesehatan mental, tak perlu selalu memberikan solusi.
"Sesungguhnya nggak perlu dikasih tahu jalan keluarnya, karena kita semua berdaya. Kita bisa keluar dari masalah kita sendiri," ujarnya.
"Tapi, kita perlu tempat yang aman. Perlu merasa ada orang yang pegangin space kita. Dan sebaliknya, kita yang pegangin space teman-teman juga merasa bahagia," kata Annelia.
Sebagai orang yang mengalami masalah kesehatan mental, sebaiknya juga usahakan untuk terbuka dengan orang-orang sekitar.
Karena, kemungkinan besar sebenarnya ada kemauan dari orang sekitar untuk membantu. Akan tetapi, khawatir malah akan memperburuk keadaan dan begitu juga sebaliknya.
"Mungkin selama ini kita punya pikirsn 'ah ibu saya nggak akan ngerti lah, adik saya nggak akan ngerti urusan saya'," jelas Annelia.
"Belum tentu, jangan-jangan mereka sebenarnya ingin membantu, tapi takut nanti kalau ditanya marah atau nangis nggak karuan," sambung psikolog klinis yang berpraktik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Kita Jakarta.
Namun, menurutnya apabila dirasa peer group tidak bisa memberikan kenyamanan, maka tidak ada salahnya untuk datang ke profesional.
Apalagi jika tahu, bahwa orang-orang terdekat juga sedang berjuang menghadapi masalah yang serupa dan belum bisa memberikan bantuan.
Tantantangan masalah mental
Baca Juga: Tak Hanya Kesehatan Fisik, Kita Juga Perlu Membangun Kepedulian Terhadap Kesehatan Mental
Source | : | liputan lapangan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar