GridHEALTH.id - Stunting masih menjadi masalah kesehatan anak yang belum bisa diselesaikan hingga saat ini.
Kondisi ini harus menjadi perhatian khusus, karena menimbulkan dampak bagi kehidupan masa depan anak nantinya.
Untuk diketahui, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan dari seluruh populasi balita, 30,8% di antaranya memiliki kondisi ini.
Sedangkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, memperlihatkan pervalensi kasus di Tanah Air yang masih di atas standar WHO yakni 24,4%, ambang batasnya 20%.
Dampak stunting bagi kehidupan anak
Ahli Gizi dari Departemen Gizi Masyarakat, FEMA-IPB, Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi, menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi untuk menggambarkan anak yang mengalami gagal tumbuh.
Ia menjelaskan, anak dengan kondisi ini mengalami gangguan pada pertumbuhan tinggi badan dan perkembangan otaknya.
Dampak stunting terbagi menjadi dua, yakni jangka pendek dan jangka panjang.
"Jangka pendek, akibatnya terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan, kemudian terganggunya perkembangan fisik, dan kemungkinan terganggunya metabolisme," jelasnya dalam Media Gathering Danone Aksi Peduli Cegah Stunting, di Wonosobo, Jawa Tengah, Selasa (8/11/2022).
Sedangkan dampak jangka panjangnya, kemampuan intelektual anak menurun dan sistem kekebalan tubuhnya pun terganggu.
"Jangka panjangnya, kemampuan kognitifmya turun. Kemudian menurunnya kekebalan tubuh dan produktivitas kerja, mudah sakit. Baru kerja sedikit saja sudah capek, sudah lelah," kata Profesor Anna.
Baca Juga: Vaksin PCV Kini Gratis, Sebelumnya Harus Bayar 900 Ribu, Cegah Stunting
Anak stunting pun juga berisiko mengalami penyakit tidak menular dikemudian hari seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, stroke.
Faktor risiko anak stunting
Kondisi stunting selama ini dikaitkan dengan kekurangan gizi kronis atau yang terjadi dalam jangka waktu lama, sehingga tubuh anak kekurangan nutrisi yang dibutuhkannya.
"Akibat kondisi kekurangan gizi terutama pada 1.000 hari pertama, bisa menyebabkan stunting," kata Ketua tim penyusun modul Isi Piringku 4-6 tahun program Danone ini.
Selain kekurangan gizi, penyebab stunting yang lainnya pun juga masih ada. Bahkan, sering terabaikan.
Terkait aksesibilitas pangan, dimana sebagian besar masyarakat kesulitan untuk mendapatkan makanan yang sehat.
Tak hanya berhubungan dengan uang, tapi juga persoalan jarak tempuh untuk memperoleh makanan sehat.
"Kemudian juga pola asuh, karena akan berpengaruh ke kesehatan dan pola gizinya," pungkasnya.
Tak kalah pentingnya adalah sanitasi dan layanan kesehatan bagi masyarakat.
Pasalnya, apabila sanitasi di lingkungan hidup masyarakat, anak berisiko mengalami penyakit infeksi berulang dan ini juga menjadi penyebab stunting pada anak.
Upaya mencegah stunting
Baca Juga: Maraknya Pernikahan Usia Dini Sebabkan Angka Stunting Masih Tinggi
Profesor Anna mengatakan bahwa kondisi ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Namun, kesadaran terkait hal ini masih kurang.
"Setelah pandemi aware, kemudian dicoba bagaimana mengintervensi supaya penyebab langsung (anak stunting) hilang sampai ke akar-akarnya," jelasnya.
Dalam hal ini, Danone melalui PT Tirta Investama (Danone-AQUA) melakukan berbagai program untuk mencegah kondisi ini.
"Untuk Danone saya sangat menghargai perannya cukup besar (dalam upaya mencegah stunting). Sangat peduli terhadap upaya stunting ini enyah dari bumi Indonesia atau (setidaknya) turun," kata Profesor Anna.
Adapun program Danone Indonesia yang bertujuan untuk mencegah anak stunting yakni Isi Piringku, TANGKAS (Tanggap Gizi dan Kesehatan Anak Stunting), hingga WASH.
Program TANGKAS DAN WASH dilakukan Danone Indonesia bersama dengan Lembaga Pembangunan Teknologi Pedesaan (LPTP).
TANGKAS dilakukan dengan harapan kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan lingkungan dan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) meningkat, dibarengi pola makan gizi seimbang.
Sementara WASH adalah program yang mendukung penyediaan dan perbaikan fasilitas sanitasi serta air bersih di lingkungan rumah warga.
"Kami sangat senang, program TANGKAS yang merupakan salah satu inisiatif Danone Indonesia yang dijalankan bersama LPTP telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesadaran masyarakat atas pentingnya pola makan dengan gizi seimbang, pola asuh yang baik,
kesehatan lingkungan, air bersih, sarana sanitasi dan PHBS yang berkorelasi dengan pencegahan atau mengurangi kejadian stunting di lokasi program," kata Sumino, Perwakilan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Wonosobo.
Danone Indonesia ke depannya akan terus melakukan kolaborasi dengan keahlian yang dimiliki, dalam rangka mendukung pemerintah mencegah stunting. (*)
Baca Juga: Bayi Prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Tingkatkan Risiko Stunting
Source | : | liputan lapangan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar