GridHEALTH.id - Mata sebagai salah satu organ penting dalam tubuh memiliki peran yang besar dalam indra penglihatan manusia.
Sehingga setiap orang perlu menjaga kesehatan mata, jika tidak maka mata juga berisiko terkena penyakit.
Kenali berbagai jenis penyakit mata yang sering terjadi, agar dapat dicegah dari sekarang, ada dalam ulasan berikut ini.
Penyakit Mata yang Sering Terjadi
1. Katarak
Baca Juga: Ramuan Herbal Kolesterol Tinggi dari Kedelai, Simak Cara Pembuatnya
Katarak adalah kekeruhan lensa mata dan merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Penyakit ini dapat terjadi pada usia berapa pun dengan berbagai penyebab dan dapat muncul dari sejak lahir.
Pengobatan yang dilakukan bisa dimulai dari perawatan dari rumah, dengan menggunakan lampu yang lebih terang, mengenakan kacamata anti silau, gunakan lensa pembesar untuk membaca dan aktivitas lainnya.
Selain itu, dokter juga bisa menyarankan untuk operasi, dengan mengangkat lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa baru buatan, yang bisa disebut dengan lensa intraocular (IOL), operasi ini tergolong sangat aman.
2. Degenerasi Makula Terkait Usia (AMD)
Ini adalah gangguan mata yang terkait dengan penuaan dan mengakibatkan kerusakan penglihatan yang tajam dan sentral, dimana penglihatan sentral berfungsi untuk melihat objek dengan jelas untuk tugas harian seperti membaca.
AMD ada dua jenis, yaitu AMD basah, saat pembuluh darah abnormal di belakang retina mulai tumbuh di bawah makula yang dapat menyebabkan kebocoran darah dan cairan.
Sedangkan AMD kering adalah kondisi ketika makula menipis seiring waktu sebagai proses penuaan, yang secara bertahap akan mengaburkan penglihatan sentral, kondisi ini lebih banyak terjadi ketimbang AMD basah.
Baca Juga: Apakah Penyakit Mata Glaukoma Bisa Disembuhkan? Cari Tahu Penjelasannya di Sini!
Penyakit mata yang sering terjadi ini memang tidak dapat dihindari, sehingga belum ada obat yang tepat untuk penyakit ini. Hal yang bisa dilakukan adalah memperlambat proses penuaan pada mata dengan mengonsumsi suplemen nutrisi, seperti vitamin antioksidan dan seng.
3. Retinopati diabetik
Ini adalah penyakit mata yang sering terjadi akibat dari komplikasi umum dari diabetes, yang ditandai dengan kerusakan progresif pada pembuluh darah retina, jaringan peka cahaya di belakang mata yang diperlukan untuk penglihatan yang baik.
Retinopati diabetik dapat diobati sebelum kehilangan penglihatan, biasanya disarankan untuk operasi laser karena dapat mengurangi risiko kehilangan penglihatan total hingga 90%.
Selain itu, perlu juga untuk mengelola glukosa darah yang lebih baik, dengan demikian akan sangat menunda dan memperlambat perkembangan penyakit mata ini.
4. Glaukoma
Penyakit mata ini adalah sekelompok penyakit yang dapat merusak saraf optik mata dan bisa mengakibatkan kehilangan penglihatan dan kebutaan.
Beberapa jenis pengobatan yang bisa dilakukan adalah obat-obatan, operasi laser atau operasi konvensional. Obat tetes mata umumnya menjadi tindakan pertama yang dicoba untuk mengendalikan glaukoma.
5. Ambliopia
Kondisi ini adalah penyebab paling umum dari gangguan penglihatan pada anak-anak, dimana salah satu mata berkurang kemampuannya karena mata dan otak tidak bekerja sama dengan baik, meski mata terlihat normal tetapi tidak digunakan secara normal karena otak lebih menyukai mata yang lain.
Awalnya dokter akan merekomendasikan kacamata untuk anak yang rabun jauh atau operasi untuk anak dengan katarak, setelah itu melatih otak kembali untuk menggunakan mata yang lebih lemah agar semakin kuat, dengan cara mengenakan penutup mata pada mata yang lebih kuat atau gunakan tetes mata khusus di mata yang lebih kuat.
6. Strabismus
Baca Juga: Terungkap, Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan Beracun, Timbulkan Kerusakan Organ dan Memicu Kematian
Strabismus adalah kondisi penyakit mata yang melibatkan ketidakseimbangan dalam posisi kedua mata, menyebabkan mata dapat menyilang ke dalam (esotropia) atau keluar (eksotropia) dengan koordinasi yang kurang antara mata, sehingga mata melihat ke arah yang berbeda dan tidak fokus secara bersamaan pada satu titik.
Kondisi penyakit mat aini tidak dapat tumbuh terlalu besar, tetapi juga tidak akan membaik dengan sendirinya, sehingga pengobatan dan perawatan dilakukan untuk meluruskan mata, baik dengan jenis perawatan yang digunakan sendiri atau kombinasi, semua akan bergantung pada jenis dan penyebabnya.
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kacamata untuk meningkatkan fokus dan mengarahkan garis pandang, bisa juga dengan obat dalam bentuk tetes mata atau salep, atau dengan pembedahan jika cara non-bedah tidak efektif. Dokter mata juga dapat merekomendasikan latihan mata baik sebelum atau sesudah operasi.
7. Retinopati hipertensi
Ini adalah penyakit mata yang umum karena tekanan darah tinggi yang berkepanjangan, sehingga dinding pembuluh darah retina menebal dan mempersempit aliran darah yang bisa mencapai retina. Seiring waktu hipertensi akan membatasi dan merusak fungsi retina yang sehat.
Tanda-tanda yang mungkin terjadi adalah mata bengkak, pembuluh darah pecah, penglihatan berkurang, sakit kepala, dan penglihatan ganda. Oleh karena itu, jika penderita hipertensi mengalami gejala penglihatan yang mendadak berubah, segeralah cari bantuan medis.
Manajemen medis untuk penyakit mata ini perlu melibatkan pengendalian tekanan darah tinggi, dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan berbagai obat yang dapat diresepkan.
Kapan Harus ke Dokter?
Penyakit mata yang sering terjadi ini banyak dialami saat seseorang berusia di atas 40 tahun, sehingga usia ini akan lebih rentan terkena banyak penyakit mata umum.
Pemeriksaan mata secara rutin ataupun deteksi dini menjadi salah satu cara efektif untuk menghindari kehilangan penglihatan secara permanen.
Hal ini dikarenakan pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengurangi risiko peningkatan kehilangan penglihatan, seringkali bukan mengembalikan penglihatan yang sudah hilang. (*)
Baca Juga: 5 Penyakit Mata Disebabkan Karena Diabetes, Jangan Dibiarkan
Source | : | CDC,nei.nih.gov,Prevent Blindness,Visionartseyecare.com |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar