Baca Juga: Apa yang Dirasakan Penderita Kanker Usus Diawal Diagnosa? Ketahui Juga Gejala yang Dialami!
“Hampir semua perjalanan pengobatan dari pasien kanker itu kompleks, kompleks dalam arti diperlukan informasi yang benar, jangan takut jika ada benjolan harus tetap dibiopsi untuk memastikan itu kanker atau tidak,” kata Prof. Tati.
Dengan kondisi ini dan hambatan yang telah disebutkan di atas, maka perlu adanya pendamping dan dukungan kuat dari lingkungan, yang salah satunya bisa dipenuhi melalui keberadaan navigator pasien kanker.
“Itulah gunanya navigator pasien ini, yang akan membantu secara personal menghadapi berbagai stres tadi,
“Navigator pasien itu harus tahu semua, bagaimana mencari taksi, BPJS, dan sebagainya, harus dimiliki semua dalam melakukan pelayanannya. Sehingga navigator pasien itu harus memiliki hubungan yang luas dengan pasien, tim layanan kesehatan, komunitas. Semua pusat informasi ada di dia, dia (navigator pasien) yang akan mencarikan jalan dan membimbing semua, supaya pengobatannya tidak terhambat,” jelas Prof. Tati.
Navigator pasien yang akan membantu pasien dari rumah untuk bisa sampai ke rumah sakit melakukan pengobatan, kemudian menerjemahkan apa yang disampaikan oleh tim medis dan dokter, termasuk memastikan pasien kanker akan tetap datang untuk melakukan pengobatan.
“Bagaimana sesudah fase pengobatan, misalnya pasien sudah dioperasi, bagaimana nanti perawatan luka operasi kanker payudara di rumah, seperti apa, kami akan mengajarkan tentunya pertama melalui navigator ini.
“Ikut bersama-sama duduk, bagaimana nanti setelah pulang pengobatan keberlanjutan daripada pasien itu tetap terjaga, sama dengan yang diberikan rumah sakit. Pasien bisa melakukan, navigator bisa membantu, sampai nanti di masa survivor, sampai menyelesaikan fase pengobatan. Itu adalah suatu jurnal pengobatan pasien kanker,” jelas DR. Kemala Rita Wahidi SKp, Sp.Kep. Onk, ETN., MARS, FISQua menyambung pentingnya keberadaan navigator pasien.
Keberadaan Navigator Pasien Bagi Penderita Kanker Indonesia dan Tantangannya
Keberadaan navigator pasien bagi penderita kanker sangat diperlukan untuk membantu pasien keluar dari hambatan yang terjadi, namun sayangnya keberadaannya masih sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah pasien kanker di Indonesia.
Saat ini navigator pasien di Indonesia masih belum banyak dan tidak sebanding dengan pasien kanker, sedangkan navigator pasien umumnya berasal dari komunitas dan belum terstruktur dengan baik termasuk oleh pemerintah, tercatat yang sudah ada saat ini ada di RSCM dan RS Kanker Dharmais.
“Saat ini yang sudah dilatih oleh CISC sudah ada 25 orang, ke depannya akan dibutuhkan sangat banyak. Dari data Globocan pada tahun 2020 dilaporkan lima tahun terakhir ini jumlah pasien kanker adalah lebih kurang 946 juta sekian seluruh Indonesia, kalau satu navigator saja pegang empat pasien, paling tidak dibutuhkan 236 ribuan navigator di seluruh Indonesia. Kalau kita bekerja bersama rasanya tidak sulit ya untuk kita latih sekian banyak,” jawab DR. Kemala saat ditanya oleh tim GridHEALTH.id. (*)
Baca Juga: Ternyata Tomat Bisa Jadi Obat Tradisional Kanker Prostat, Begini Cara Buatnya!
Source | : | Webinar peluncuran buku digital ‘Panduan Navigasi bagi Pasie |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar