GridHEALTH.id – Kanker masih menjadi penyakit dengan angka mortalitas yang tinggi, karena berbagai faktor dan hambatan yang dihadapi oleh pasien saat berjuang untuk bertahan melalui kanker.
Ada sekitar 2.000 lebih jenis kanker yang ada di dunia dan diderita oleh banyak orang termasuk masyarakat Indonesia, namun di sisi lain informasi mengenai kanker masih sedikit, membuat banyak pasien kanker yang merasa takut dalam menjalankan rangkaian pengobatan.
Dengan kondisi ini, CISC (Indonesian Cancer Information and Support Centre Association) pun meluncurkan buku dengan judul Panduan Navigasi Bagi Kanker Payudara untuk memberikan informasi yang benar mengenai kanker, khususnya kanker payudara, serta mengenalkan keberadaan serta manfaat navigator pasien kanker bagi pasien dan lingkungan sekitar.
Salah satu peran penting dari rangkaian pengobatan kanker yang dijalani pasien dan tertuang dalam buku tersebut adalah peran navigator pasien kanker, yang masih sangat kurang dan belum dikenal luas keberadaannya.
Mari mengenali lebih jauh mengenai navigator pasien kanker di Indonesia dan tantangan yang dihadapi hingga saat ini, sehingga dapat menjadi harapan untuk pasien kanker Indonesia mau menjalankan pengobatan dengan teratur. Simak ulasannya berikut ini.
Tantangan yang Dihadapi Pasien Kanker di Indonesia
Banyak pasien kanker yang menjadi khawatir dan menghadapi berbagai hambatan dalam sepanjang pengobatannya, hingga memicu terjadinya stres setelah didiagnosis menderita kanker.
“Begitu seseorang terkena kanker, yang pasti terjadi adalah terkena stres, apakah saya masih bisa urus keluarga, apakah saya masih bisa hidup, apakah saya masih bisa bekerja, bagaimana dengan biaya, hubungan pernikahan, dan sebagainya.
“Seringkali stres menyebabkan seseorang terlambat diobati, (terbukti) 70% dari pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit itu dalam keadaan lanjut dan lanjut lokal, tandanya hasil pengobatannnya menjadi sangat kurang baik,” jelas Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo, Sp.Rad (K),Onk.Rad dalam peluncuran buku Panduan Navigasi Bagi Penderita Kanker Payudara pada Selasa lalu (29/11/2022).
Beberapa tantangan dan hambatan yang umum dihadapi oleh pasien kanker, yaitu:
- Komunikasi, informasi, dan edukasi
- Finansial dan ekonomi
- Psikologi dan sikap
- Logistik dan fisik
- Informasi mengenai pemberian pelayanan kesehatan.
“Hambatan-hambatan dalam perjalanan pengobatannya ini, menyebabkan stadiumnya akan bertambah, padahal kalau stadiumnya yang bertambah itu keberhasilan pengobatannya menurun, tapi dipihak lain biaya pengobatannya akan sangat meningkat,” jelas Prof. Tati menyampaikan pentingnya pengobatan berkelanjutan pada pasien kanker.
Oleh karena itu, saat ditanya oleh tim GridHEALTH.id, dr. Inez Nimpuno, MPS, MA yang juga sebagai penyintas kanker membagikan semangat kepada pasien kanker Indonesia agar memiliki semangat dan harapan hidup, dengan mengatakan,
“Membangun harapan itu ada banyak macamnya. Masing-masing orang punya cara, sabar dengan diri sendiri, tapi terus juga dalam rangka menerima ketidaktentuan tersebut punya kegiatan yang jadi bagian dalam ritme kehidupan sehari-hari untuk mencari info supaya bisa mengelola ketidaktentuan itu.”
Pengertian Navigator Pasien Kanker
Navigator pasien kanker adalah orang yang membantu membimbing pasien dalam perjalanan pengobatan penyakitnya melalui sistem pelayanan kesehatan, bukan representasi dari medis.
Bantuan ini berupa pendampingan pasien melalui tahap-tahap pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, dan tindak lanjut dari suatu kondisi medis.
Untuk menjadi seorang navigator pasien diperlukan pelatihan khusus tidak hanya terkait informasi kanker, tetapi juga pelayanan rumah sakit, donasi, kebutuhan setiap pasien kanker, hingga ilmu-ilmu terkait Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Tugas Navigator Pasien Kanker
Baca Juga: Apa yang Dirasakan Penderita Kanker Usus Diawal Diagnosa? Ketahui Juga Gejala yang Dialami!
“Hampir semua perjalanan pengobatan dari pasien kanker itu kompleks, kompleks dalam arti diperlukan informasi yang benar, jangan takut jika ada benjolan harus tetap dibiopsi untuk memastikan itu kanker atau tidak,” kata Prof. Tati.
Dengan kondisi ini dan hambatan yang telah disebutkan di atas, maka perlu adanya pendamping dan dukungan kuat dari lingkungan, yang salah satunya bisa dipenuhi melalui keberadaan navigator pasien kanker.
“Itulah gunanya navigator pasien ini, yang akan membantu secara personal menghadapi berbagai stres tadi,
“Navigator pasien itu harus tahu semua, bagaimana mencari taksi, BPJS, dan sebagainya, harus dimiliki semua dalam melakukan pelayanannya. Sehingga navigator pasien itu harus memiliki hubungan yang luas dengan pasien, tim layanan kesehatan, komunitas. Semua pusat informasi ada di dia, dia (navigator pasien) yang akan mencarikan jalan dan membimbing semua, supaya pengobatannya tidak terhambat,” jelas Prof. Tati.
Navigator pasien yang akan membantu pasien dari rumah untuk bisa sampai ke rumah sakit melakukan pengobatan, kemudian menerjemahkan apa yang disampaikan oleh tim medis dan dokter, termasuk memastikan pasien kanker akan tetap datang untuk melakukan pengobatan.
“Bagaimana sesudah fase pengobatan, misalnya pasien sudah dioperasi, bagaimana nanti perawatan luka operasi kanker payudara di rumah, seperti apa, kami akan mengajarkan tentunya pertama melalui navigator ini.
“Ikut bersama-sama duduk, bagaimana nanti setelah pulang pengobatan keberlanjutan daripada pasien itu tetap terjaga, sama dengan yang diberikan rumah sakit. Pasien bisa melakukan, navigator bisa membantu, sampai nanti di masa survivor, sampai menyelesaikan fase pengobatan. Itu adalah suatu jurnal pengobatan pasien kanker,” jelas DR. Kemala Rita Wahidi SKp, Sp.Kep. Onk, ETN., MARS, FISQua menyambung pentingnya keberadaan navigator pasien.
Keberadaan Navigator Pasien Bagi Penderita Kanker Indonesia dan Tantangannya
Keberadaan navigator pasien bagi penderita kanker sangat diperlukan untuk membantu pasien keluar dari hambatan yang terjadi, namun sayangnya keberadaannya masih sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah pasien kanker di Indonesia.
Saat ini navigator pasien di Indonesia masih belum banyak dan tidak sebanding dengan pasien kanker, sedangkan navigator pasien umumnya berasal dari komunitas dan belum terstruktur dengan baik termasuk oleh pemerintah, tercatat yang sudah ada saat ini ada di RSCM dan RS Kanker Dharmais.
“Saat ini yang sudah dilatih oleh CISC sudah ada 25 orang, ke depannya akan dibutuhkan sangat banyak. Dari data Globocan pada tahun 2020 dilaporkan lima tahun terakhir ini jumlah pasien kanker adalah lebih kurang 946 juta sekian seluruh Indonesia, kalau satu navigator saja pegang empat pasien, paling tidak dibutuhkan 236 ribuan navigator di seluruh Indonesia. Kalau kita bekerja bersama rasanya tidak sulit ya untuk kita latih sekian banyak,” jawab DR. Kemala saat ditanya oleh tim GridHEALTH.id. (*)
Baca Juga: Ternyata Tomat Bisa Jadi Obat Tradisional Kanker Prostat, Begini Cara Buatnya!
Source | : | Webinar peluncuran buku digital ‘Panduan Navigasi bagi Pasie |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar