GridHEALTH.id - Sempat jalani kemoterai sebelum meninggal dunia, Achmad Yurianto ternyata idap kanker selama menjalankan tugasnya sebagai juru bicara penanganan Covid-19.
Achmad Yurianto ini sempat dikenal publik sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Ia ditunjuk sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 sejak 3 Maret 2020.
Sejak saat itulah, setiap sore wajah Yurianto menghiasi layar kaca untuk menyampaikan informasi terbaru mengenai penanganan virus corona di Tanah Air.
Tak lama, Yurianto dipercaya sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes.
Ia ditunjuk oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada 9 Maret 2020.
Namun, pada 21 Juli 2021, jabatan Yurianto sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 berakhir.
Saat itu, Presiden Joko Widodo membubarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan menggantinya dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, sehingga terjadi pergantian posisi pada jabatan juru bicara.
Selama menjalani tugas Achmad Yurianto tak pernah menunjukkan sakitnya. Beliau selalu menyampaikan perkembangan soal kasus Covid-19.
Baca Juga: Upaya Peningkatan Layanan Kanker di Indonesia dengan Terapi Radiasi
Hingga akhir hayatnya, pada Sabtu (21/5/2022) Achmad Yurianto meninggal dunia.
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati, Yurianto meninggal dunia di RSUD Syaiful Anwar, Malang.
Sebelumnya, ia dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta karena kanker.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Siti Nadia Tarmizi menjelaskan kondisi pria yang akrab disapa Yuri tersebut terus turun usai mengidap stroke.
Sebelumnya Yuri juga diketahui telah menjalani kemoterapi untuk kanker usus.
"Beliau mengalami multiple komplikasi... Memang karena hal itu, kondisinya menjadi berat ya," terang Nadia.
Tak banyak yang tahu dengan kasus seperti yang dialami oleh mantan jubir penanganan Covid-19 ini.
Siapa sangka, jika kanker usus bisa menimbulkan sejumlah komplikasi.
Pada kanker usus, tumor berkembang dari sel di saluran pencernaan yang terus tumbuh dan menimbulkan benjolan.
Benjolan tersebut akan semakin besar, menjadi tak terkendali, dan menyebabkan sejumlah gejala.
Baca Juga: Inilah Jenis Pengobatan Kanker Usus Berdasarkan Tingkatan Stadium
Dokter akan melakukan pengobatan jika sudah terdiagnosis kanker usus.
Pengobatannya meliputi tindakan pembedahan, kemoterapi, dan radiasi, yang ditentukan berdasarkan stadiumnya.
Namun, meski dapat diobati, kanker usus tetap dapat menimbulkan sejumlah komplikasi.
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan (obstruksi) saluran cerna.
Sumbatan tersebut tentu diakibatkan tumor yang memenuhi saluran usus.
Adanya sumbatan tersebut menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan nyeri perut.
Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami kebocoran (perforasi).
Perforasi usus dapat menimbulkan gejala yang berat seperti nyeri perut hebat, perut terlihat membesar dan tegang, muntah, serta infeksi berat.
Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat menimbulkan perdarahan.
Hal tersebut dapat terjadi bila tumor berada di sekitar rektum, salah satu bagian terakhir usus besar.
Perdarahan tumor dapat menyebabkan penderitanya kehilangan darah yang cukup banyak, sehingga menimbulkan anemia (kekurangan sel darah merah).
Baca Juga: 7 Ciri-ciri Kanker Usus yang Jarang Disadari, Hati-hati Sudah Jadi Gejala di Stadium Awal
Komplikasi lain dari kanker usus adalah penyebaran sel tumor ke organ yang lain.
Proses yang disebut metastasis ini lazim terjadi pada berbagai jenis kanker, terutama yang sifatnya ganas.
Operasi kanker kolorektal dapat menyebabkan sejumlah komplikasi seperti infeksi pada area bekas operasi dan gangguan gerakan usus (ileus).
Gejala yang timbul dari luka operasi yang terinfeksi tersebut adalah demam, nyeri di sekitar luka, muncul nanah yang berbau, dan luka yang lambat kering.
Komplikasi-komplikasi di atas memang tidak pasti dialami oleh semua pasien kanker usus.
Namun, akan berujung pada kematian jika tidak ditangani secara cepat.(*)
Source | : | Kompas.com,klikdokter.com,Kemkes.go.id |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar