Pasalnya, dinilai pengidap HIV dimiliki oleh perempuan nakal atau tidak benar.
"Terutama juga teman-teman dari LGBT, pekerja seks, pecandu Napza, itu stigmanya lebih kencang dibandingkan dengan ibu rumah tangga," terangnya.
Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa terkena HIV.
Bahkan, ada yang mendapatkan diskriminasi dari keluarga sendiri sejak kecil.
"Dulu saya mendapatkan stigmanya itu dari teman dekat saya, dari teman kecil saya, lalu menyebar ke tetangga. Sampai akhirnya saya tidak diperbolehkan datang ke rumah ibu saya," jelas Hages.
Seorang kisah penyintas HIV/AIDS yang sudah belasan tahun ini juga menjelaskan penularan yang bisa terjadi.
Mulai dari hubungan badan, jarum suntik, atau penularan ibu ke anak melalui proses melahirkan.
Hingga akhirnya, pada tahun 2011 Hages kembali menikah dengan seorang aktivis HIV sekaligus penyandang.
Sebelumnya, Hages sempat putus asa tak ingin mendapatkan keturunan.
Tapi dengan adanya Program Pencegahan dari Ibu ke Anak (PPIA) itulah yang membuat dirinya beranikan diri untuk memiliki anak.
"Dia yakin sekali bahwa saya bisa mempunyai keturunan yang negatif," jelasnya.
Baca Juga: Kisah Hidup Memey Rochtriyati Penyintas HIV Mendirikan Smile Plus
Source | : | Youtube |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar