Obat nyeri ini bekerja dengan cara menghalangi senyawa cyclooxygenase (COX), yang bertanggung jawab terhadap peradangan, rasa sakit, dan demam.
Efek samping obat nyeri yang umum terjadi yakni sembelit, diare, perut kembung, kepala pusing, gugup, dan suara denging di telinga.
Pada kondisi tertentu, ibuprofen juga bisa menyebabkan efek samping yang serius. Sehingga bila merasakan ketidaknyamanan, sangat disarankan untuk segera berhenti.
Naproxen juga termasuk dalam salah satu kategori OAINS. Cara kerjanya pun juga tidak jauh berbeda dengan ibuprofen.
Rekomendasi dosis beragam, tergantung pada tingkat keparahan. Untuk nyeri sedang dibutuhkan 220-550 mg setiap 12 jam.
Dosis yang terlalu banyak, hingga mencapai 1.650 mg per dan penggunaan jangka panjang lebih dari 6 bulan tidak disarankan.
Dikhawatirkan menimbulkan efek samping seperti susah buang air besar, buang gas terus-menerus, haus, pusing, kelelahan, dan sulit tidur.
Efek samping obat nyeri sendi ini juga bisa berupa sensasi terbakar di tungkai, telinga yang berdenging, dan gangguan pendengaran.
Acetaminophen lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama paracetamol, yang merupakan obat pereda nyeri.
Obat nyeri sendi ini bekerja mengurangi rasa sakit dengan cara memblokir aktivitas COX3. Untuk orang dewasa tersedia dosis 325-500 mg dalam bentuk tablet.
Efek samping yang biasa terjadi dari mengonsumsi obat ini yakni sakit kepala, mual, dan muncul ruam kemerahan.
Obat-obat di atas termasuk pereda nyeri yang bisa dibeli secara bebas di apotek. Namun, untuk memastikan penggunaan dosis yang tepat, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. (*)
Baca Juga: Nyeri Sendi Dikaitkan dengan Gejala Asam Urat, Ketahui Faktanya!
Source | : | Medical News Today,Mount Sinai |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar