GridHEALTH.id - Penyakit usus buntu terjadi saat organ yang letaknya menempel di usus besar meradang atau terinfeksi.
Meskipun organ ini dianggap tidak mempunyai fungsi apapun, tapi saat terjadi peradangan perlu segera mendapatkan penanganan medis.
Kenapa? Melansir Stanford Medicine, penyakit usus buntu jika sudah infeksibisa membengkak dan aliran darah berhenti.
Tanpa adanya cukup darah yang mengalir, usus buntu perlahan-lahan akan mati. Bila dibiarkan maka sewaktu-waktu akan pecah dan lapisan dindingnya berlubang.
Dari lubang tersebut feses, lendir, dan yang lainnya dapat masuk ke dalam perut dan menyebabkan infeksi yang lebih serius.
Oleh karena itu, biasanya penanganan medis berupa operasi, perlu dilakukan kurang lebih dalam dua hingga tiga hari setelah gejala usus buntu muncul.
Penyakit ini berisiko untuk dialami oleh siapa saja, tapi paling sering ditemui pada usia remaja dan dewasa muda sekitar 20 tahun.
Risikonya juga akan meningkat jika berjenis kelamin pria dan mempunyai anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama.
Selain itu, memiliki cystic fibrosis juga membuat anak-anak lebih berisiko mengidap penyakit ini.
Gejala usus buntu masing-masing orang berbeda, tergantung pada tingkat keparahannya. Untuk gejala usus ringan kondisi yang paling banyak dikeluhkan meliputi:
1. Nyeri perut yang awalnya dari pusar kemudian bergeser ke bagian kanan bawah atau justru sejak awal memang terasa di perut kanan bawah
Baca Juga: Fakta Usus Buntu Pecah, Waspadai Ciri-ciri dan Komplikasinya
Source | : | Stanford Medicine,Henry County Hospital |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar