GridHEALTH.id – Permasalahan pada perut sering dialami oleh anak-anak, namun sakit perut berlebihan yang dialami oleh anak tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena bisa menjadi tanda iritasi usus.
Simak lebih lengkapnya mengenai iritasi usus yang dapat diderita oleh anak berikut ini, mulai dari tanda, penyebab, hingga cara mencegahnya.
Sakit perut bisa muncul dalam berbagai bentuk, di berbagai area perut, dan karena alasan yang berbeda-beda.
Sehingga saat anak mengalami sakit perut perlu dicari tahu penyebab yang mendasarinya.
Untuk anak yang memiliki sakit perut dengan ciri seperti kram, kembung, diare, dan sembelit, maka kemungkinan besar sakit perut berlebih tersebut telah mengarah pada iritasi usus.
Iritasi usus secara umum menyerang usus besar, yang dikenal dengan irritable bowel syndrome (IBS)
Kondisi ini bila dibiarkan bisa berlanjut menjadi kram perut, kembung, sembelit, hingga diare, karena adanya gangguan dari usus dalam bekerja seperti fungsi normalnya.
Ketahuilah, usus berfungsi untuk mengolah makanan, sedangkan pada usus besar, air dan nutrisi dalam makanan akan diserap dan dicerna sebagian, lalu yang tidak terserap secara perlahan akan dipindahkan melalui usus besar menuju rektum dan keluar dari tubuh sebagai limbah berupa feses.
Saat usus besar tidak berfungsi dengan baik, hasilnya makanan yang tidak terserap dan limbah tubuh akan sulit untuk terdorong ke anus agar dapat dikeluarkan dari tubuh, akibat dari pergerakan usus besar yang tidak sesuai dengan kecepatan untuk pencernaan.
Tanda utama dari iritasi usus adalah nyeri perut atau rasa tidak nyaman berlebih, tanda lainnya yang bisa dialami adalah kembung disertai dengan kentut, bersendawa, maag, mual, merasa cepat kenyang saat makan, dan merasa cepat kenyang saat makan.
Laman kidshealth.org menyebutkan, jika tanda-tanda ini terus berlangsung selama minimal tiga bulan, lalu disertai dengan setidaknya dua tanda lainnya seperti rasa sakit atau tidak nyaman yang terasa lebih besar setelah buang air besar, yang membuat seseorang harus bolak-balik kamar mandi, hingga kesulitan dalam mengeluarkan feses. Kemungkinan besar dokter baru akan menganggap kondisi ini sebagai iritasi usus.
Disebutkan bahwa penyebab spesifiknya tidak diketahui, tetapi iritasi usus cenderung diturunkan dalam keluarga, namuan faktor lain seperti beberapa makanan (susu, cokelat, minuman berkafein, makanan mengandung gas, dan makanan berlemak) dapat memicu gejala ini.
Infeksi, kecemasan, dan stres juga sangat mempengaruhi kondisi ini, karena beberapa saraf di usus terhubung dengan otak, sehingga masalah emosional dapat mempengaruhi cara kerja usus besar.
Tidak seperti penyakit radang usus, IBS ini tidak membawa risiko kerusakan permanen.
Untuk mencegah iritasi usus pada anak, ada baiknya diobati dengan konsumsi banyak serat, jika anak disertai gejala sembelit, maka dapat diberikan obat pencahar dengan memperhatikan aturan pakai, lalu biasakan waktu yang tepat untuk mengosongkan usus secara teratur.
Perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan kemunculan stres, juga bisa dilakukan sebagai pencegahan iritasi usus, caranya dengan melatih anak mengelola tekanan sehari-hari di sekolah, pastikan anak cukup tidur dan berolahraga, juga bisa dengan latihan pernapasan.
Obat yang biasa diberikan oleh dokter saat mengalami iritasi usus, selain obat pencahar adalah obat untuk sembelit atau kram, sertai antidepresan jika diperlukan dan harus dengan resep dokter.
Melansir dari laman Healthline, orangtua perlu segera membawa anak ke dokter, jika anak mengalami sakit perut berlebih yang disertai dengan:
- Sakit parah, konstan atau intermiten
- Ada darah dalam tinja atau muntahan
- Muntah berwarna hijau
- Tanda-tanda anafilaksis (bengkak, gatal-gatal, atau pusing)
- Nyeri di bagian kanan bawah (kemungkinan radang usus buntu)
- Anak hanya merasakan rasa sakit dan tidak bisa fokus dengan hal lainnya
- Muncul tanda infeksi (demam atau menggigil). (*)
Baca Juga: Berapa Lama Polip Kanker Usus Akan Menjadi Ganas? Simak Pengobatan yang Tepat Untuk Dilakukan
Source | : | Healthline,kidshealth,John Hopkins Medicine |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar