Orang dengan gangguan fetish memiliki objek keinginan yang bisa saja sama dengan yang lainnya.
Akan tetapi, seseorang yang tergolong memiliki gangguan fetish adalah orang yang sudah merasa terganggu dengan objek keinginannya.
Gangguan fetish dikenal dalam medis dan ilmu psikologi sebagai fethistic disorder, gangguan ini adalah bagian dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5) dan tertuang dalam buku ini.
Menurut Buku Asosiasi seperti yang dirangkum dalam LM Psikologi UGM, seseorang yang memiliki gangguan fetish, jika mencakup tiga diagnostik ini, yaitu:
1. Dorongan seksual, imajinasi, dan perilaku tertentu terhadap objek keinginan atau fetishnya menyebabkan kegelisahan, tekanan, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Orang dengan gangguan fetish memiliki gairah seksual terhadap suatu objek, baik benda mati atau bagian tubuh non-seksual, secara intens dan berulang selama kurang lebih enam bulan. Ketertarikan ini juga dapat berubah pada dorongan seksual, imajinasi, hingga perilaku tertentu ketika melihatnya.
3. Objek keinginan (fetish) tidak hanya pakaian yang digunakan atau alat khusus untuk merangsang kelamin seperti vibrator.
Ketiga ciri-ciri ini perlu dipenuhi, sehingga seseorang dapat tergolong memiliki gangguan fetish, jika salah satunya tidak terpenuhi maka fetish yang dimiliki seseorang masih tergolong aman.
Melansir dari laman salah satu rumah sakit Amerika, Tufts Medical Center menyebutkan ada beberapa gejala orang dengan gangguan fetish, antara lain:
- Terangsang secara seksual hanya saat ada fetish tersebut
- Masturbasi sambil memegang, menggosok, melihat, atau mencium fetish
Baca Juga: Fetish dan Fantasi Seksual Tidak Sama? Ini Perbedaan Mendasarnya
Source | : | Tufts Medical Center,LM Psikologi UGM,Jurnal Sexology Institute of Romania |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar