GridHEALTH.id – Pernahkah mengalami obsesi terhadap sesuatu yang tidak biasa dan diiringi oleh peningkatan hasrat seksual? Secara umum, kondisi ini dikenal dengan fetish.
Siapa saja bisa mengalaminya, hanya saja fetish tidak dapat selalu dikatakan sebagai kondisi yang normal. Dalam kondisi tertentu fetish tergolong dalam gangguan seksual.
Untuk mengenali lebih jauh seseorang memiliki fetish yang normal atau sudah menjadi sebuah gangguan fetish, simak perbedaan yang mendasarinya berikut ini.
Fetish disebut berasal dari bahasa Prancis, fétiche yang merupakan kata dari bahasa Portugis, feitiço, memiliki arti sebagai benda yang diyakini memiliki kekuatan supranatural, atau khususnya benda buatan manusia yang memiliki kekuatan atas orang lain.
Berdasarkan Jurnal Sexology Institute of Romania, penelitian Harper menyebutkan penggunaan kata fetish yang tecatat pertama kali pada tahun 1897, untuk menunjukkan objek keinginan seseorang, yang berhasil membuatnya terangsang.
Fetish memiliki arti kata erotis setelah pertama kali digunakan oleh Alfred Binet pada tahun 1887.
Objek keinginan orang dengan fetish sejak awal sudah berbeda dan tidak biasa, mulai dari bagian tubuh tertentu atau objek lainnya.
Orang dengan fetish atau dikenal dengan fetishists, dapat menggunakan objek yang diinginkannya untuk kepuasan seksual tanpa adanya pasangan, bisa dengan menyentuh, mencium, menjilat, hingga melakukan masturbasi dengan objek tersebut.
Objek yang umum dijadikan sebagai fetish oleh seseorang adalah pakaian, sepatu, stoking, sarung tangan, rambut, celana dalam, lateks, kata penelitian oleh Comfort tahun 1987.
Jika tanpa fetish atau objek tersebut tetap membuat seseorang dapat terangsang, maka kondisi ini masih wajar bagi orang dewasa yang aktif secara seksual tanpa gangguan fetish, atau orang dewasa dengan fetish tertentu yang tidak menyebabkannya tertekan.
Fetish bisa dijadikan sebagai bagian dari interaksi seksual seseorang dengan pasangannya, namun saat seseorang hanya dapat terangsang dengan adanya fetish tersebut, maka sudah tergolong dalam gangguan fetish.
Source | : | Tufts Medical Center,LM Psikologi UGM,Jurnal Sexology Institute of Romania |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar