GridHEALTH.id - Cangkok atau transplantasi ginjal cara terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal.
Di Indonesia kasus gagal ginjal masih terbilang cukup tinggi. Data Riskesdas 2018, menunjukkan adanya peningkatan gagal ginjal kronik dari 0,2% pada 2013 menjadi 0,38%.
Fungsi ginjal yang terganggu akan menurunkan kualitas hidup seseorang karena memengaruhi metabolisme, keseimbangan mineral, dan pembentukan hormon yang penting.
Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam ASRI, Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, mengatakan, penyakit ginjal kronik sering tidak disadari karena tidak ada menimbulkan keluhan apapun.
Ginjal pun masih menjalankan fungsinya, hingga akhirnya semakin lama menurun dan terjadi gagal ginjal.
"Kalau sudah terjadi gagal ginjal, biasanya kalau tidak dilakukan terapi akan meninggal. Pilihannya melakukan dialisis atau transplantasi," ujarnya dalam konferensi pers peluncuran Kidney Transplant Siloam ASRI, Kamis (12/1/2023).
Profesor Endang menjelaskan, pencangkokan lebih unggul jika dibandingkan dengan dialisis atau cuci darah. Baik dari segi biaya hingga harapan hidup.
Pasien yang melakukan transplantasi mungkin hanya mengeluarkan biaya besar untuk pembedahan, tapi setelahnya tidak dan hanya fokus ke pengobatan.
Sedangkan untuk melakukan dialisis, pembiayaan harus dilakukan terus-menerus sepanjang hidup.
"Dari segi harapan hidup, harapan hidup pasien yang sudah dicangkok lebih baik daripada yang masih melakukan dialisis," jelasnya.
Setelah transplantasi menurutnya, harapan hidup meningkat 25 tahun.
Baca Juga: Hubungan Antara Ginjal dan Kulit, Serta 5 Tanda Ginjal 'Rusak'
Bagi pendonor pun, juga bisa bernapas lega, karena meski telah memberikan salah satu ginjalnya, tapi kualitas dan harapan hidup tidak akan mengalami perubahan.
Ketua ASRI Urology Center (AUC) Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U(K) menjelaskan, prosedur transplantasi di Indonesia dilakukan pertama kali pada tahun 1977.
Terdapat dua operasi yang dilalukakan secara bersamaan dalam proses pencangkokan ginjal.
"Transplantasi itu dua operasi, perlu donor dan perlu resipien (penerima donor)," katanya.
Pasien gagal ginjal kronik bisa mendapatkan donor dari anggota keluarga sedarah seperti anak dan orangtua atau dari orang lain yang mempunyai kecocokan.
Namun, sebelum menjalani pencangkokan, ada persyaratan yang perlu dipenuhi oleh penerima donor.
Pertama, menurut Profesor Endang, penyintas gagal ginjal kronik dapat melakukan operasi, tanpa ada kontraindikasi yang jadi penghalang.
Kedua, prosedur transplantasi ginjal tidak akan memberatkan kondisi pasien.
"Biasanya kita cari kondisi-kondisi di mana transplantasi ini kurang baik bagi pasien. Kalau itu tidak ada, bisa dilakukan," ujarnya.
Misalnya mengalami penyakit infeksi yang berat atau mengidap penyakit serius dengan harapan hidup yang kecil.
Ketiga, yang tak kalah penting adalah kondisi mental penerima donor. Jika mengalami masalah kejiwaan, maka transplantasi tidak dilakukan. (*)
Baca Juga: Remaja Bunuh Anak untuk Dijual Ginjalnya, Dokter; Donor Organ Tak Bisa Sembarangan
Source | : | Konferensi pers Siloam ASRI |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar